Liputan6.com, Jakarta Henti jantung mendadak bisa dialami seseorang dalam kondisi apapun dan dipicu oleh beberapa faktor. Terkadang itu juga muncul tanpa gejala atau tanda.
Lalu, bisakah berhubungan seks memicu jantung seseorang untuk berhenti berdetak? Menurut penelitian bahwa meskipun itu bisa saja terjadi, tetapi masih sangat jarang ditemukan, dilansir dari Live Science pada Kamis, (20/2/2020).
Baca Juga
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menganalisis informasi lebih dari 4.500 orang yang mengalami henti jantung mendadak. Di antara kasus-kasus ini, kurang dari 1 persen terjadi selama atau setelah aktivitas seksual.
Advertisement
Temuan itu dipresentasikan pada pertemuan Sesi Ilmiah Asosiasi Jantung Amerika di California dan diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology.
“Sementara henti jantung mendadak adalah kondisi yang menghancurkan kemungkinan kematian yang tinggi. Namun, kemungkinan ini bisa terjadi selama aktivitas seksual masih sangat rendah,” kata direktur medis Heart Rhythm Center di Cedars-Sinai Heart Institute, Los Angeles, Dr. Sumeet Chugh.
Orang-orang yang mengalami henti jantung mendadak saat berhubungan seks cenderung pada usia yang sedikit lebih mudah. Meskipun begitu, mereka yang mengalami henti jantung mendadak saat berhubungan seks kemungkinan juga sedang memiliki kondisi jantung yang tidak baik.
Itu juga bagi mereka yang sedang dalam masa pengobatan dibandingkan dengan mereka yang mengalami serangan henti jantung mendadak pada waktu lain.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Apa itu henti jantung mendadak?
Henti jantung mendadak ialah hilangnya fungsi jantung, pernapasan, dan kesadaran secara mendadak. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan listrik di jantung yang mengganggu aksi pemompaannya, sehingga menghentikan aliran darah ke tubuh.
Henti jantung mendadak berbeda dari serangan jantung, itu ketika aliran darah ke bagian jantung tersumbat. Namun, serangan jantung kadang-kadang dapat memicu gangguan listrik yang menyebabkan henti jantung mendadak.
Jika tidak segera diobati, henti jantung mendadak dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan medis yang cepat dan tepat, kelangsungan hidup akan lebih memungkinkan. Memberikan resusitasi kardiopulmoner (Cardiopulmonary Resuscitation/CPR), menggunakan defibrillator, atau bahkan hanya memberikan tekanan pada dada dapat meningkatkan peluang bertahan hidup.
Gejala-gejalanya yaitu seperti tidak ada denyut nadi, hilang kesadaran, ketidaknyamanan dada, sesak napas, dan palpitasi.
Penulis : Vina Muthi A.
Advertisement