Liputan6.com, Jakarta Angka kasus baru infeksi virus corona atau COVID-19 di Tiongkok menurun. Meski begitu, yang perlu diwaspadai adalah terkait meningkatnya kasus di luar wilayah China Daratan.
"Pada posisi minggu ini, minggu kemarin dan awal-awal ini, angka kejadian COVID-19 di mainland, di Chinanya, sudah mulai cenderung menurun," kata Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Achmad Yurianto.
Baca Juga
Dalam konferensi persnya di kantor Kemenkes, Jakarta, Yuri mengatakan peningkatan kasus pada hari Selasa (3/3/2020), adalah rekor yang terendah kemunculan kasus infeksi virus corona sejak bulan Januari. Dia menambahkan, 95 persen kasus berada di dalam provinsi Hubei.
Advertisement
"Yang sembuh semakin banyak. Kemudian angka yang menjadi sakit berat, juga semakin turun," kata dokter yang baru saja diangkat menjadi juru bicara RI terkait penanganan COVID-19 di Indonesia tersebut.
Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini
Meningkat di Luar Tiongkok
Meskipun begitu, "gelombang kedua" dari infeksi virus yang bernama Sars-CoV-2 ini semakin meningkat di luar Tiongkok.
"Angkanya makin naik dan angka yang makin naik itu, kurang lebih 81 persen itu adanya di Korea Selatan, Jepang, Iran, dan Italia. Yang besar di sana. Selebihnya kecil," kata Yuri.
"Oleh karena itu kita harus hati-hati dengan second wave ini. Tidak ada tanda-tanda turun. Sebarannya semakin cepat," tambahnya. Dia mengatakan, saat ini semakin banyak jumlah negara yang melaporkan kasus infeksi virus corona.
Yuri mengungkapkan, beberapa salah satu penyebab cepatnya penyebaran berdasarkan para ahli juga dikarenakan gambaran klinis COVID-19 yang berubah.
"Beberapa kasus justru menunjukkan gejala yang minimal. Bahkan ada yang mengatakan asimptomatik artinya tanpa gejala, tapi positif. Inilah yang kemudian menyebabkan, orang itu mudah sekali untuk bergerak kemana-mana karena deteksi yang ada di semua pintu masuk negara, deteksi awalnya menggunakan thermal scanner," kata Yuri.
Advertisement