Sukses

Cek Fakta Kesehatan: Keluarkan Napas Tanpa Batuk, Tanda Tak Terpapar Virus Corona?

Keluarkan napas tanpa batuk, tanda tidak terpapar virus corona, benarkah?

Liputan6.com, Jakarta Beredar pesan berantai di grup WhatsApp, cara mendeteksi apakah seseorang terpapar Virus Corona (COVID-19). Dalam pesan tersebut disebut bahwa kalau kita mengeluarkan napas tanpa batuk bisa menjadi tanda Virus Corona tidak bersarang dalam tubuh.

Disebut-sebut pemeriksaan nan sederhana Virus Corona ini dapat dilakukan sendiri. Kita tak perlu ke rumah sakit untuk berkonsultasi ke dokter maupun laboratorium. 

Adapun isi lengkap pesan berantai terkait deteksi Virus Corona yang viral ini sebagai berikut:

Tes sederhana untuk mengenal Corona hanya dalam sepuluh detik tanpa ulasan ke dokter atau laboratorium, yang belum diketahui siapa pun!  Awalnya Corona mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, hingga 28 hari setelah gejala COVID-19 muncul. 

Dokter Jepang menawarkan tes sederhana yang bisa kita lakukan setiap pagi!  Ambil napas dalam-dalam dan tahan napas selama lebih dari 10 detik!  

Jika Anda berhasil mengeluarkan napas tanpa batuk, tidak nyaman, lelah, dan kaku di dada, ini membuktikan bahwa tidak ada fibrosis di paru-paru dan itu sebenarnya menunjukkan bahwa tidak ada virus!  

Anda juga perlu memastikan mulut dan tenggorokan Anda lembab dan tidak kering!  Minumlah secangkir air setidaknya sekali setiap 15 menit karena meskipun virus masuk ke mulut Anda, cairan yang Anda makan secara teratur dapat ditransfer ke perut, dan keasaman lambung membunuh virus!  

Mari jangan menjadi penonton dan Sampaikan ke semua kontak dan grup Anda!

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Pemeriksaan PCR

Dokter spesialis paru konsultan Agus Dwi Susanto menanggapi, pesan soal deteksi Virus Corona yang beredar viral ini. Ia menegaskan, informasi tersebut tidak benar alias hoaks.

"Hoax, itu tidak benar," ujar Agus lewat pesan singkat kepada Health Liputan6.com, Rabu (4/3/2020).

Diagnosis pasti, lanjut Agus, untuk seseorang yang terkena (gejala) COVID-19 berupa pemeriksaan RT PCR (Reverse transcription polymerase chain reaction). Tes tersebut untuk mendeteksi Virus Corona, yang termasuk kategori jenis virus RNA (ribonucleic acid).

"Pemeriksaan (mendeteksi) COVID-19 dari swab tenggorokan, dahak atau aspirat saluran napas bawah. Barulah hasilnya positif atau negatif dapat diketahui," lanjut dokter yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

3 dari 3 halaman

Pengambilan Spesimen

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Achmad Yurianto menerangkan, deteksi paparan Virus Corona dengan pengambilan spesimen diambil dari tiga sumber. 

"Pertama dari dinding belakang hidung. Kedua, diambil dari dalam mulut. Ketiga, cairan yang diambil dari paru-paru," ujar Yuri dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, spesimen yang diambil, yaitu spesimen pernapasan termasuk aspirasi, nasofaring atau orofaring, lavage bronchoalveolar, aspirasi trakea, dan dahak.

Lavage bronchoalveolar adalah prosedur medis saat bronchoscope dimasukkan melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan cairan disemprotkan ke bagian kecil paru-paru. Kemudian cairan dari paru-paru dikumpulkan untuk diperiksa.

Spesimen dapat disimpan pada suhu 4 derajat Celsius atau 72 jam setelah pengumpulan.

Jika diperkirakan keterlambatan ekstraksi, simpan spesimen pada suhu minus 70 derajat Celsius atau lebih rendah. Apabila spesimen tidak disimpan pada suhu yang sudah ditetapkan dan volume spesimen tidak mencukupi akan dilakukan pengambilan spesimen ulang.Â