Liputan6.com, Jakarta Italia menjadi negara kedua dengan kasus virus corona terbanyak melebihi China dan Korea Selatan. Hingga kini, di Italia terdapat 7.375 kasus yang terus meningkat sebanyak 1.492 kasus dari tanggal 7 Maret ke 8 Maret 2020. Jumlah kematian juga bertambah dari 233 menjadi 366.
Italia bahkan mengikuti langkah China untuk menghentikan aktivitas di beberapa wilayah (lockdown) dan mengkarantina 16 juta warganya (lebih dari seperempat populasi) hampir selama sebulan untuk menghentikan penyebaran COVID-19 yang masuk ke benua Eropa.
Baca Juga
Katedral, museum, bioskop dan mal di Italia Utara juga dilarang untuk dikunjungi, tetapi rupanya langkah ini cukup membuat turis kebingungan. Mereka yang terlanjur sampai, terpaksa harus berdiam diri di huniannya dan saling berbagi sanitizer.
Advertisement
Pemerintah Italia, Giuseppe Conte menandatangani keputusan karantina ini pada Minggu pagi (8 Maret 2020) demi keselamatan negara. Area yang diisolasi termasuk Venice dan Milan, pusat keuangan Italia.
Â
Diperkirakan hingga 3 April
"Langkah ini masih akan terus berlanjut hingga 3 April," tutur para pejabat.
Turis di sekitar sana maupun turis luar negeri bebas memilih untuk pulang, karena jalur penerbangan dan stasiun kereta akan terus terbuka, ujar kementerian transportasi Italia.
Selama masa lockdown, pemerintah Italia menutup semua museum, situs arkeologi, bahkan yang jauh dari lokasi karantina. Sedangkan wilayah utara yang paling banyak terdampak corona telah menutup bioskop dan wahana ski.
Restoran di sepenjuru Italia diharapkan untuk menjaga pelanggan terpisah satu sama lain.
Museum Vatikan ditutup, termasuk Sistine Chapel, yang tentunya memberi pukulan keras bagi industri pariwisata Italia.
Alitalia, maskapai penerbangan Italia sudah merasakan dampak finansial sebelum coronavirus masuk ke Eropa, menangguhkan semua penerbangan nasional dan internasional dari bandara Malpensa Milan sejak Senin, 9 Maret 2020.
Advertisement