Liputan6.com, Jakarta - Saat mengumumkan total orang yang positif Virus Corona di Indonesia, Achmad Yurianto tidak lagi membeberkan kasus per kasus.
Juru Bicara untuk Penangan COVID-19 di Indonesia itu langsung menyebut ada penambahan sebanyak 27 per Sabtu, 14 Maret 2020, yang berarti jumlahnya sudah mencapai 96 orang.
Baca Juga
Menurut Yuri, ini merupakan strategi yang tengah disusun bersama tim percepatan penanganan Virus Corona, yaitu pendekatan komunitas.
Advertisement
"Kita tidak lagi berbicara orang yang sakit, tapi lebih berbicara agar orang yang sehat jangan sampai sakit," ujar Yuri.
Oleh sebab itu, penting sekali untuk menjaga orang yang sehat jangan sampai sakit. "Bukan kemudian diartikan mencari orang yang sakit untuk diobati," katanya.
Hal yang harus dilakukan agar yang sehat jangan sampai sakit dengan memutus penularan.
Penyakit ini, kata Yuri, tertular dari orang yang sudah dinyatakan positif. Itu mengapa harus dilakukan kegiatan secara masif, terintegrasi, dan menggerakkan semua komponen yang ada di masyarakat tanpa panik untuk mencari, menemukan, dan mengisolasi kasus positif COVID-19.
"Awalnya adalah dari informasi tracing. Setiap kasus positif yang kita rawat di rumah sakit pasti akan kita tindak lanjuti dengan dua pertanyaan sederhana: ketularan siapa dan menularkan siapa. Itu saja," ujarnya.
Â
Simak Video Menarik Berikut Ini
Pasien Positif Corona di Indonesia
Pastinya saat hal tersebut ditanyakan, pasien yang sudah positif COVID-19 tidak ingat ketularan dari siapa. Akan tetapi, jika dia mengatakan baru pulang dari negara yang endemi, misalnya Korea Selatan, yang akan dikejar adalah orang yang ditemuinya saat pertama kali tiba di Indonesia.
"Nah dari kelompok ini yang akan kita kejar selanjutnya, untuk kemudian kita lakukan tracing dan dipastikan bahwa orang yang tertular bisa kita amankan," ujarnya.
Penanganan percepatan ini, lanjut Yuri, tergantung dari keberhasilan tracing.
"Tracing sudah dilaksanakan sampai dengan yang terakhir dilaporkan, jumlah kasus positif total 96 per hari ini. Dari hari terakhir 69, sekarang menjadi 96. Oleh karena itu ada penambahan kasus baru, sebanyak 27," kata Yuri. Ini didapat dari tracing yang dikerjakan secara masif.
Setelah kemudian tracing ini memiliki potensi sebaran ke semua wilayah di tanah air, Yuri mengatakan tidak mungkin lagi pemerintah melakukan tracing dengan pendekatan biasa mereka lakukan.
"Untuk itulah maka gugus tugas percepatan ini perlu dibentuk. Agar terjadi sinergi antara pusat dan daerah dalam satu irama yang sama, visi yang sama, kemudian tidak ada overlapping kapasitas yang menimbulkan ketidakefisienan. Inilah tujuannya," kata dia
Advertisement