Liputan6.com, Jakarta Perokok diimbau untuk mengurangi kebiasaan merokoknya untuk mengurangi risiko tertular serta kondisi yang parah akibat COVID-19.
Dokter spesialis paru Feni Fitriani, Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengatakan bahwa merokok berisiko membuat seseorang terkena berbagai penyakit, bukan hanya COVID-19.
Baca Juga
"Tanpa COVID-19 saja, orang yang merokok itu dia sudah mengalami kerentanan di saluran napas," kata Feni dalam sebuah temu media di kantor Ikatan Dokter Indonesia pada Jumat pekan ini, ditulis Minggu (15/3/2020).
Advertisement
"Karena efek merokok itu jangka panjang setelah 20 tahun, 30 tahun, tidak secepat COVID-19, orang abai," kata Feni.
Sehingga, dia berharap dengan fenomena pandemi ini, seorang perokok bisa jadi lebih waspada dan memiliki motivasi untuk berhenti melakukan kebiasaan tersebut.
Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini
Penyakit yang Meningkatkan Risiko Kematian
Feni menambahkan, merokok juga bisa menyebabkan beberapa penyakit yang memperparah kondisi seseorang apabila terinfeksi virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
"Selain perokok yang berisiko terkena COVID-19 dan kemudian lebih rentan angka kematiannya tinggi kan orang yang lansia, orang dengan kardiovaskular, penyakit jantung, diabetes, gagal ginjal, nah itu kalau kita kaitkan juga ujung dari kebiasaan merokok," kata Feni.
Meskipun begitu, tetap dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait tingkat fatalitas dari kebiasaan merokok dan penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan tersebut, terhadap infeksi virus corona atau COVID-19.
Sebelumnya, Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila F. Moeloek juga mengatakan bahwa situasi merebaknya COVID-19 juga menjadi waktu yang tepat untuk menakut-nakuti para perokok agar berhenti dari kebiasaan tersebut.
"Sekarang waktunya kita menakut-nakuti orang yang merokok," kata Nila, dalam sebuah diskusi di kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Nila mengatakan, orang yang memiliki kebiasaan merokok berarti paru-parunya sudah tidak baik lagi.
"Paru-parunya sudah jelek kan. Nah, ada si virus, ya udah. Kalau orang sehat kan paru-parunya baik," kata Menkes periode 2014 hingga 2019 itu.
Advertisement