Liputan6.com, Jakarta Saat ini, para peneliti dunia tengah berlomba untuk mempelajari virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Khususnya dengan tujuan mencari obat atau vaksinnya.
Meski dinilai tidak lebih mematikan daripada SARS atau MERS, namun penyebaran virus corona SARS-CoV-2 yang sangat cepat tetap membuatnya berbahaya bagi kesehatan.
Baca Juga
Prof. Amin Soebandrio, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan bahwa ada tiga hal yang membuat sebuah virus lebih berisiko menginfeksi seseorang dan menyebabkan penyakit.
Advertisement
"Setiap orang memiliki risiko infeksi. Namun risiko infeksi itu dipengaruhi oleh minimum ada tiga faktor," kata Amin dalam sebuah temu media di kantor Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta beberapa waktu yang lalu, ditulis Senin (16/3/2020).
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Penjelasan Ketiga Faktor Tersebut
Amin mengatakan, yang pertama adalah dosis virusnya. Di sini, apabila ada banyak virus yang masuk ke dalam tubuh, maka seseorang lebih berisiko terkena infeksi. Situasi ini rentan terjadi pada para tenaga kesehatan yang menangani pasien secara langsung.
"Misalnya petugas rumah sakit, itu kan kena dosis virus kan banyak, satu hari dia merawat pasien misalnya, jadi terpapar virus," kata Amin menjelaskan.
Yang kedua adalah virulensi atau keganasan virus. Dalam kasus SARS-CoV-2, Amin tidak melihat adanya perubahan secara drastis terkait keganasan dalam virus penyebab COVID-19 tersebut.
"Virulensi sejauh ini kita mengamati tidak ada perubahan drastis dari virulensinya," kata Amin.
Sementara yang ketiga adalah kekebalan tubuh manusia. Amin mengatakan, apabila daya tahan tubuh seseorang bagus, risiko infeksinya akan kecil. Untuk itu, dokter spesialis paru Feni Fitriani mengatakan, demi mencegah penyakit, imunitas tubuh haruslah dijaga.
"Artinya semua harus dilakukan secara seimbang. Artinya daya tahan tubuh kita nih yang harus diperbesar," kata Feni. Di sini, menjaga kesehatan harus dilakukan dengan istirahat cukup, makan teratur, serta berolahraga.
Advertisement