Sukses

Tips Menjaga Kesehatan Mental Saat Masa Isolasi COVID-19

Virus Corona telah menjerumuskan dunia ke dalam ketidakpastian dan berita terus-menerus tentang pandemi tanpa henti. Bagaimana kita dapat melindungi kesehatan mental kita?

Liputan6.com, Jakarta Virus Corona telah menjerumuskan dunia ke dalam ketidakpastian dan berita terus-menerus tentang pandemi tanpa henti. Semua ini berdampak buruk pada kesehatan mental masyarakat, terutama mereka yang sudah hidup dengan kondisi masalah mental seperti kecemasan dan OCD. Jadi bagaimana kita dapat melindungi kesehatan mental kita?

Semakin meluasnya penyebaran pandemi COVID-19 di berbagai penjuru negara, membuat beberapa lokasi pertemuan favorit seperti restoran, kafe, bioskop dan sekolah ditutup. Seperti yang baru saja terjadi di kota besar seperti New York City yang pada hari ini (16 Maret) menutup sekolah-sekolah, restoran, bar, dan area lainnya dalam usaha penghentian penyebaran virus corona mematikan.

Sekolah-sekolah yang ditutup akan memulai sistem pembelajaran remote digital learning pada 23 Maret agar murid-murid tidak tertinggal pelajarannya. Restoran dan bar diarahkan untuk hanya diperbolehkan untuk 'take out' dan 'delivery'.

Wali Kota New York City Bill de Blasio mengatakan, saat ini negara sedang menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan kita harus menanggapinya dengan mentalitas masa perang.

Hingga saat ini, Amerika telah mencatat 3.774 orang terinfeksi dan 69 kematian terkait pandemi COVID-19. Sedangkan New York City sendiri dengan jumlah populasi lebih dari 8 juta orang, telah mengantongi 5 kematian.

Kang Kyung-Wha, Menteri luar negeri Korea Selatan mengungkapkan pemikirannya bahwa pemeriksaan menyeluruh menjadi kunci tingkat fatalitas COVID-19 di Korea Selatan tetap rendah, dan merupakan kewajiban pemerintah untuk mencegah kepanikan warganya, mengutip dari BBC.

Beberapa ahli kesehatan masyarakat melaporkan, seseorang yang menunggu di terminal yang ramai berpotensi menyebabkan lebih banyak orang terinfeksi virus. Lalu, bagaimana mengatasi kecemasan dan kebosanan akan aktivitas yang hanya bisa di sekitar rumah?

WHO telah merilis dokumen untuk mengatasi masalah mental dan stres saat wabah. Beberapa di antaranya termasuk: hindari menonton, membaca atau mendengar berita yang dapat membuat Anda merasa cemas atau stres; perkaya informasi praktis terkait persiapan dan perlindungan diri dan orang-orang tersayang; update informasi di suatu waktu saja untuk menghindari penumpukan informasi yang membuat stres sekaligus mencegah hoax.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Berikut ini merupakan tips menjaga kesehatan mental dari berita pandemi COVID-19:

1. Batasi dan Berhati-Hati Saat Membaca Berita

Sebaiknya hanya menonton dan membaca update informasi dari sumber terpercaya, seperti WHO, CDC, NYTimes, atau untuk warga Indonesia, seperti Kementerian Kesehatan.

2. Rehat dari Media Sosial dan Mute Grup atau Berita yang Bersifat Memicu

Mute kata kunci yang bisa memicu kecemasan di Twitter dan berhenti mengikuti atau mute akun tersebut. Mute grup WhatsApp dan sembunyikan postingan dan feed facebook jika itu membuat Anda cemas.

3. Mencuci Tangan, Tapi Tidak Berlebihan

Sifat obsessive compulsive disorder (OCD) dapat meningkatkan kecemasan mereka jika terus menerus disuruh untuk mencuci tangan.

4. Tetap Terkoneksi dengan Orang Lain

Anda bisa menghubungi keluarga atau orang lain dengan 'face to face' via video call. Jika Anda mengisolasi diri, seimbangkan antara rutinitas dan pastikan setiap hari memiliki variasi.

5. Hindari Kelelahan

Selama berminggu-minggu pandemi COVID-19 menyerang, penting untuk mengisi penuh energi dengan istirahat agar saat pandemi sudah reda, Anda tidak kaget akan kesibukan yang sebelumnya biasa Anda hadapi. Jangan sampai Anda tidak ada kontak sama sekali dengan sinar matahari. Lakukan olahraga, makan dengan baik dan tetap terhidrasi.

Terakhir, AnxietyUK menyarankan berlatih teknik "APPLE" untuk mengatasi kecemasan dan kekhawatiran.

Acknowledge (akui): Perhatikan dan akui ketidakpastian yang muncul dalam benak Anda.

Pause (jeda): Ambil nafas panjang dan keluarkan. Jangan bereaksi apapun selain teknik relaksasi ini.

Pull Back: Katakan pada diri Anda bahwa kekhawatiran Anda ini tidak diperlukan dan tidak membantu sama sekali. Itu hanya apikiran atau perasaan Anda. Jangan percaya semua yang Anda pikirkan. Pikiran bukanlah pernyataan atau fakta.

Let go: Lepaskan pikiran atau perasaan Anda. Itu akan berlalu. Anda tidak harus menanggapi mereka. Bayangkan mereka menghilang dalam gelembung atau terbang ke awan.

Explore: Jelajahi ke saat ini, karena faktanya Anda masih baik-baik saja. Perhatikan pernapasan dan sekeliling Anda. Lalu alihkan perhatian Anda pada hal yang perlu Anda lakukan hingga pikiran dan perhatian Anda benar-benar teralihkan.