Liputan6.com, Jakarta Curhatan hati seorang wanita berinisial M (33) yang sedang diisolasi di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta cukup membekas di hati. Ia berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) tapi memutuskan untuk diisolasi.
M bersama suaminya yang berusia 35 tahun dirawat ke RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet pada 23 Maret 2020. Status suami adalah Pasien Dalam Pemantauan (PDP).
Advertisement
"Saya dengan status ODP tanpa gejala boleh pulang, namun saya memutuskan untuk ikut isolasi karena mempertimbangkan kondisi tempat tinggal yang padat penduduk. Demi menjaga keselamatan seluruh masyarakat di sekitar kami," ujar M dalam tulisannya, ditulis Senin (30/3/2020).
Cerita M ini diunggah di akun media sosial Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo pada 27 Maret 2020. M menuliskan curhatannya tertanggal Wisma Atlet, 26 Maret 2020. Tak ayal, curhatan M pun beredar di grup chat.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Bermula dari Operasi Gigi Bungsu
Kejadian bermula dari suami M selepas operasi gigi bungsu pada 14 Maret 2020. Gigi bengkak dan sakit, disertai demam. Kemudian sakit mag dan keluar bintik merah.
Tapi tidak ada batuk, pilek atau sesak napas sampai 26 Maret 2020. Tidak ada riwayat ke luar negeri selama 1 tahun belakangan ini. Tidak ada bertemu dengan orang dari luar negeri selama 14 hari sebelumnya.
Namun, demam tidak kunjung turun. Lalu pada 20 Maret 2020, atas rujukan dokter IGD setempat dilakukan tes darah dan rontgen. Tampak pada paru paru ada flek.
"Ya, kami melakukan self isolation (isolasi mandiri). Memindahkan anak kami dan orangtua ke rumah saudara. Pada 23 Maret, muncul bintik merah makin banyak dan kembali ke rumah sakit dan melakukan CT scan," lanjut M, yang tidak menyebut di mana tempat tinggal atau lokasi rumah sakit sebelum dirinay dan suami dirawat di Wisma Atlet.
"Hasil CT scan menunjukan, crazy paving (plak yang menyebar), lalu dirujuk ke rumah sakit rujukan untuk COVID-19. Sayangnya, sempat ditolak 2 kali. Tidak ada rumah sakit yang mau menerima pasien dengan gejala viral (karena dicurigai COVID-19), kecuali sudah swab dan hasilnya negatif."
Akhirnya, M dan suami disuruh ke RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta. Pada 26 Maret 2020 merupakan hari keempat M dan suami diisolasi.
Advertisement
Kondisi Mulai Membaik
Selama empat hari dirawat di Wisma Atlet, M dan suami merasakan, pelayanan tenaga medis sangat mendukungnya untuk sehat.
Pada hari ketiga, sudah ada perkembangan yang signifikan. M dan suami dapat nasi kotak sehari tiga kali dan air minum, serta dibagikan termometer. Apabila demam, diberi obat penurun panas dan vitamin C.
"Tapi diingatkan untuk bawa barang- barang dan obat-obatan pribadi juga. Ya, karena di sini adalah isolasi mandiri," M menambahkan.
"Pada hari ketiga, kami juga dibagikan snack, isinya kue-kue. Hari keempat, di kamar sudah didistribusikan dispenser dan air minum mineral. Makanan di sini enak lho, ada susu, buah, sayur, dan daging."
Tidak Keluarkan Biaya
Menurut M, pemerintah sudah sangat membantu dengan mendirikan Wisma Atlet dan pasien yang dirawat tidak mengeluarkan biaya sedikitpun. Selama dirawat, M dan suami tidak membayar alias gratis.
"Dari pengalaman di sini (Wisma Atlet), saya melihat pemerintah sudah maksimal. Kami di sini aman-aman saja," lanjut M.
"Tentunya, demi keamanan dan keselamatan orang-orang yang kita sayangi. Sabar dan semangat ya yang di dalam sini."
M pun mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan tenaga medis di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet.
"Terima Kasih kepada Bapak Presiden Jokowi, semua jajaran pemerintah, dokter dan suster (di Wisma Atlet). Tidak lupa para aparat TNI dan POLRI yang berjaga di pintu masuk, yang sudah menenangkan saya pas nangis-nangis sesegukan," M mengungkapkan haru.
Saat mendatangi Wisma Atlet pertama kali, M mengaku sempat bingung hingga menangis. Berkat panduan dari petugas, M dan suami mendapat perawatan di Wisma Atlet.
Advertisement