Sukses

Rentan Terinfeksi COVID-19, Pasien Kanker Harus Tahu Hal Ini

Dampak wabah ini berbeda di tiap populasi yang berbeda. Terutama pada pasien kanker, merupakan populasi unik berisiko tinggi sakit parah jika terinfeksi.

Liputan6.com, Jakarta Sudah berbulan-bulan sejak Covid-19 pertama kali muncul dan hingga saat ini kasusnya masih terus bertambah. Dampak wabah ini berbeda di tiap populasi yang berbeda. Terutama pada pasien kanker, merupakan populasi unik berisiko tinggi sakit parah jika terinfeksi.

Itu karena sistem imun mereka sering dilemahkan sel kanker itu sendiri, atau juga dari pengobatan yang mereka terima, termasuk kemoterapi, mengutip dari Forbes.

"Pasien dengan kanker, terutama mereka yang menjalani perawatan yang menekan sistem kekebalan dan sumsum tulang, sangat rentan terhadap komplikasi parah dari flu dan kemungkinan juga Covid-19," kata Bruce Chabner, MD, Direktur Penelitian Klinis, Massachusetts General Hospital Cancer Center kepada Forbes.

Mantan Direktur National Institute of Health Clinical Oncology dan peneliti mengatakan, "Pasien-pasien ini perlu membatasi kontak langsung dengan orang lain, sehingga mereka perlu menghindari kontak dari lingkungan rumah sakit karena harus rutin melakukan perawatan. Jadi mereka mungkin bisa memiliki janji temu virtual dengan tenaga medis melalui Skype atau FaceTime untuk tindak lanjut rutin.”

Itulah mengapa, sebagai orang yang imunokompromis (kekebalan tubuhnya menurun), pasien kanker perlu lebih berhati-hati terhadap paparan patogen yang bisa membuatnya terinfeksi dan memperparah kondisinya.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Curhat pasien kanker ovarium

Rachel Bradbury, seorang istri sekaligus ibu dari 3 orang anak. Ia merupakan seorang relawan di Houston, Texas yang didiagnosis memiliki kanker ovarium dan kanker payudara turunan genetik dari keluarga ayahnya.

Setelah melakukan perawatan rutin selama 13 bulan di MD Anderson, ia dinyatakan bersih dari kanker.

Namun, setelah setahun setengah setelahnya, kanker ovariumnya kembali. Itu karena kanker yang dimilikinya adalah metastatik (atau sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya), itu sudah terminal. Artinya, perawatan selanjutnya bisa dilanjutkan untuk memperpanjang masa hidup, namun tidak menyembuhkan kankernya.

Untuk melindungi dirinya dan keluarganya dari Covid-19, mereka mencuci tangan lebih sering dan membersihkan setiap benda yang paling sering disentuh, seperti microwave, telepon genggam, dan pegangan kulkas, paling sedikit sekali sehari.

Ia bahkan tidak bisa mengantar anak sulungnya untuk perawatan kawat gigi karena klinik dokter gigi selalu penuh pengunjung (karena sangat berisiko baginya untuk datang ke tempat banyak orang berkumpul dengan kondisinya yang imunokompromis). Lalu memberitahu anak keduanya untuk tidak bermain dulu dengan temannya karena sedang social distancing.

Kekhawatiran terbesarnya adalah saat mengetahui bahwa kankernya terus berkembang dan mengharuskannya bolak balik ke rumah sakit untuk kemoterapi atau masih bisa hanya menggunakan obat-obatan. Meskipun rumah sakit dengan gencar mendisinfeksi dan menerapkan social distancing, serta membatasi pengunjung dan menggunakan pertanyaan skrining gejala Covid-19 pada setiap pengunjung, tentu masih membuat seorang imunokompromis cemas akan terpapar virus atau apapun setiap kali masuk ke rumah sakit.

Tentu tidak hanya pasien kanker yang memerlukan perhatian khusus terkait Covid-19, melainkan juga termasuk pasien dialisis atau kondisi medis lainnya.

Dilihat dari cerita yang dibagikan Bradbury, artinya ada banyak orang yang hidupnya sangat bergantung pada social distancing.

Dari sekian banyak orang yang turut membantu semampu mereka, namun melihat masih banyak lusinan anak-anak yang bermain keluar saat liburan dan banyak yang tidak menganggap hal ini lebih serius tentu membuat kesal para imunokompromis dan orang-orang berisiko tinggi lainnya.

Karena infeksi virus covid-19 tidak hanya menyerang orang yang lebih tua, tetapi juga semua usia dengan kondisi medis bawaan seperti kanker atau penyakit paru-paru, atau faktor lainnya yang belum kita tahu pasti.

Jadi, physical distancing tidak akan bekerja mencegah virus kecuali jika semuanya bekerja sama. Dan yang pasti, semakin cepat kita bertindak maka akan semakin cepat pula kondisi akan kembali normal.

"Jika Anda sehat dan sangat ingin keluar rumah, pergilah mendonor darah. Ada banyak tempat yang membutuhkan donor darah Anda. Serta kondisi darurat medis lainnya tidak ditahan hanya karena virus baru. Selain itu, mohon tinggal di rumah saja," ujar Bradbury kepada Womens'shealthmag.