Liputan6.com, Jakarta Rasa tidak aman akibat virus corona masih terus menghantui sebagian besar masyarakat, khususnya di Indonesia.
Tak jarang saat ini kita melihat beberapa orang yang melakukan aktivitas menggunakan sarung tangan, entah sarung tangan karet untuk mencuci piring, sarung tangan karet medis, ataupun sarung tangan kain biasa.
Baca Juga
“Saya benar-benar menyaksikan orang-orang awal pekan ini mengenakan kantong plastik di tangan mereka,” kata ahli mikrobiologi Kelly Reynolds, Ph.D., direktur lingkungan, ilmu paparan dan pusat penilaian risiko di University of Arizona.
Advertisement
Pertanyaannya sekarang, apakah dengan memakai sarung tangan kita akan aman dari tertular virus corona?
Reynolds menuturkan, pergi belanja tidak sebahaya yang Anda pikirkan. Kedua, menggunakan sarung tangan justru bisa membahayakan Anda.
Mengacu pada video Youtube Dr. Jeffrey VanWingen, Chrysan Cronin, DrPH, MPH, seorang profesor kesehatan masyarakat di Muhlenberg College mengatakan, virus ini bisa bertahan di udara selama 3 jam dan pada permukaan bisa hingga 3 hari, berdasarkan laporan New England Journal of Medicine (NEJM).
Sedangkan menurut Cronin, NEJM memang membuat laporan tersebut, tapi informasinya yang dijelaskan masih belum lengkap. Lalu Cronin mengutip kerja Carolyn Machamer, seorang profesor di Fakultas Kedokteran Johns Hopkins yang mempelajari coronavirus.
"Yang dijelaskan tidak lengkap. Misalnya Dr. VanWingen mengatakan virus ini bisa bertahan di udara selama 3 jam dan pada permukaan bisa hingga 3 hari. Padahal, virus yang dapat bertahan selama itu di permukaan hanya ada sedikit atau kurang dari 0,1% setelah beberapa hari, sehingga sangat tidak mungkin menyebabkan infeksi, ditambah, kondisi laboratorium dan supermarket tidaklah sama," kata Reynolds.
Reynolds mengatakan, partikel aerosol yang biasanya keluar dari seseorang jauh lebih ringan dan lebih kecil daripada di lingkungan eksperimental.
Lalu karena pernyataan virus hilang setelah tiga hari, maka Anda meninggalkan belanjaan atau pesanan Anda di luar selama 3 hari. Itu juga tidak benar. Karena belum ada penelitian yang membuktikan keefektifannya.
Belum lagi, Anda mungkin memulai kebiasaan mengusap setiap barang belanja dengan tisu basah atau menyemprotkan disinfektan karena khawatir belanjaan Anda pernah disentuh seseorang yang positif Covid-19. Atau mencuci sayur dan buah dengan sabun selama 20 detik.
"Semua hal tersebut sebaiknya tidak Anda lakukan karena akan membahayakan kesehatan Anda, karena baik sabun maupun cairan disinfektan bisa mengiritasi sistem pencernaan bahkan dalam takaran sesedikit apapun," ujar Cronin.
Ia lebih menyarankan mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh belanjaan Anda. Kalaupun ingin mencuci sayur dan buah, cucilah cukup dengan air bersih mengalir, seperti dilansir Menshealth.
Sifat virus berbeda-beda
Menurut Reynold, sifat virus yang melekat di benda berbeda-beda. Ada kemungkinan virus corona dapat menempel pada sarung tangan lateks (karet), bukan pada kulit Anda sendiri.
Selain itu, semakin sering Anda memakai sarung tangan, membuat Anda semakin jarang mencuci tangan, ditambah jika salah cara melepas dan penggunaan berulang juga bisa membahayakan diri Anda sendiri, ujar Reynolds.
Lalu, mengapa sarung tangan menjadi standar prosedur tenaga medis, tapi tidak bagi masyarakat umum?
Pertama, tenaga medis menggunakannya dalam waktu singkat saat kontak langsung dengan pasien. Mereka tidak berkeliling ruangan menggunakan sarung tangan yang sama dan menyentuh banyak hal.
Kedua, tenaga medis sudah memiliki protokol limbah medis, dari bagaimana cara mengurusi sarung tangan bekas pakai, cara melepas sarung tangan yang benar, sarung tangan bekas disimpan dimana, langkah mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien lainnya, dan lain sebagainya, tanpa membawa patogen penyebab penyakit dari pasien sebelumnya ke pasien selanjutnya.
"Itu sangat berbeda jika Anda menggunakannya hanya untuk berbelanja," ujar Reynolds. Pada akhirnya, jika Anda akan berbelanja, pergilah belanja tanpa memakai sarung tangan, ambil sesuai yang Anda butuhkan, dan cuci tangan Anda.
Advertisement