Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa perokok cenderung lebih rentan terhadap COVID-19. Hal ini terkait dengan kebiasaan sehari-hari mereka.
"Tindakan merokok berarti jari (dan kemungkinan rokok yang terkontaminasi) bersentuhan dengan bibir yang meningkatkan kemungkinan penularan virus dari tangan ke mulut," tulis WHO dalam laman resminya seperti dikutip pada Rabu (8/4/2020).
Baca Juga
Selain itu, WHO juga mengatakan bahwa kapasitas paru-paru pada seorang perokok kemungkinan sudah berkurang atau malah telah memiliki penyakit. Hal ini meningkatkan risiko mereka terkena penyakit serius.
Advertisement
WHO menyebut, beberapa produk merokok seperti shisha memungkinkan penggunannya untuk saling berbagi selang. Mereka mengatakan bahwa aktivitas ini bisa memudahkan transmisi COVID-19.
"Kondisi yang meningkatkan kebutuhan oksigen atau mengurangi kemampuan tubuh untuk menggunakannya dengan benar, akan menempatkan pasien pada risiko yang lebih tinggi terhadap kondisi paru-paru serius seperti pneumonia," tulis WHO.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Saat Tepat Berhenti Merokok
Dalam sebuah temu media di kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta beberapa waktu lalu, dokter spesialis paru Feni Fitriani mengatakan bahwa adanya COVID-19 adalah saat yang tepat bagi perokok untuk berhenti.
Feni mengatakan bahwa merokok saja berisiko membuat seseorang terkena berbagai penyakit. "Tanpa COVID-19 saja, orang yang merokok itu dia sudah mengalami kerentanan di saluran napas," kata Feni.
Menurutnya, selama ini orang abai dengan kebiasaan tersebut karena dampak buruk dari rokok terlihat dalam jangka panjang dan tidak secepat COVID-19.
Sehingga, dia berharap dengan fenomena pandemi ini, seorang perokok bisa jadi lebih waspada dan memiliki motivasi untuk berhenti melakukan kebiasaan tersebut.
Advertisement