Liputan6.com, Jakarta Cuaca panas tidak dapat membuat virus Corona COVID-19 mati di saluran pernapasan. Virus tersebut baru akan 'mati' tatkala menyembur keluar bersamaan dengan percikan (droplet) yang terpapar cuaca panas.
Peneliti dari Institut Pertanian Bogor Berry Juliandi menegaskan, cuaca panas memang membuat virus Corona mati.
Advertisement
"Mati di sini dalam tanda kutip lho ya. Sebenarnya, virus tidak bisa mati (mati dalam arti sesungguhnya) karena secara definisi, dia bukan makhluk hidup (sepenuhnya)," jelas Berry dalam keterangannya sesuai diterima Health Liputan6.com, ditulis Kamis (9/4/2020).
Ketika virus Corona terpapar cuaca panas, ia akan terdegradasi. Artinya, cuaca panas menyebabkan protein dan lemak yang ada pada virus rusak.
Para ilmuwan dunia menyebut, virus merupakan 'organisme di ujung kehidupan.' Bukan makhluk hidup, juga bukan benda mati. Untuk dapat hidup, virus harus menempel pada inang.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Berada di Lingkungan Terbuka
Berry melanjutkan, virus Corona tidak terdegradasi saat masih berada di dalam tubuh manusia.
"Tapi hal itu bukan terjadi pada virus Corona yang di dalam tubuh ya (saluran pernapasan). Virus terdegradasi saat dia berada di lingkungan terbuka dengan paparan sinar matahari," Berry melanjutkan.
Pun begitu pada virus yang menempel di mobil yang terjemur kena matahari. Anda tidak perlu lagi disinfeksi untuk menyingkirkan virus.
"Tentu saja, cuaca panas sangat menguntungkan karena kita tidak perlu disinfeksi lagi. Nah, sama saja dengan orang yang bersin, virus yang ada pada droplet misalnya menempel di bangku di taman," tambah Berry, yang juga Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI).
"Kemudian bangkunya kena cuaca panas atau matahari. Maka virus terdegradasi. Sekali lagi saya tegaskan, jika virusnya sudah ada di dalam tubuh manusia ya enggak bisa terdegradasi."
Advertisement