Sukses

WHO: COVID-19 Sepuluh Kali Lebih Mematikan Dibanding Flu Babi

WHO menyebutkan bahwa COVID-19 sepuluh kali lebih mematikan ketimbang flu babi

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa virus corona penyebab COVID-19 lebih mematikan daripada flu babi yang juga sempat menjadi pandemi global tahun 2009.

Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pertemuan daring di Jenewa pada hari Senin pekan ini, waktu setempat.

"Kami tahu bahwa COVID-19 menyebar dengan cepat dan kami tahu itu mematikan, 10 kali lebih mematikan daripada pandemi flu 2009," kata Tedros seperti dikutip dari Straits Times pada Selasa (14/4/2020).

Maka dari itu, Tedros mengatakan bahwa WHO akan terus menerus mempelajari tentang virus SARS-CoV-2 baru ini. Dia mengatakan bahwa diperlukan vaksin untuk benar-benar menekan virus ini dan menghentikan penularannya.

WHO memperkirakan, vaksin ini kemungkinan baru ada sekitar 12 hingga 18 bulan lagi.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Kasus Flu Babi di Dunia

Dalam pemaparannya, WHO mengatakan bahwa 18.500 orang meninggal dunia karena flu babi atau H1N1 pada 2009.

Namun catatan Lancet memperkirakan, setidaknya jumlah korban mencapai 151.700 hingga 575.400. Hal ini karena mereka memperkirakan kematian di Afrika dan Asia Tenggara yang tidak dihitung oleh WHO.

Pandemi flu babi dinyatakan sebagai Juni 2009 dan dinyatakan usai pada 2010. Hal ini setelah penyakit tersebut tidak semematikan seperti yang ditakutkan ketika mereka pertama kali ditemukan.

Pada kesempatan tersebut, Tedros prihatin akan masih ditemukannya kasus hingga berkali-kali lipat setiap harinya. Namun, dia menegaskan apabila negara-negara berkomitmen untuk menemukan kasus awal, menguji, mengisolasi, dan merawat setiap kasus serta melacak setiap kontak, mereka bisa mengendalikan virusnya.

"Langkah-langkah pengendalian hanya dapat dicabut apabila langkah-langkah kesehatan masyarakat diterapkan secara benar, termasuk kapasitas yang signifikan untuk pelacakan kontak," kata Tedros seperti dikutip dari France24.