Liputan6.com, Jakarta Transfusi plasma darah khususnya ditujukan pada pasien COVID-19 dalam kondisi berat. Plasma darah yang dimaksud adalah plasma convalescent, yang mana plasma diambil dari pasien COVID-19 yang sudah sembuh.
Kepala Lembaga Eijkman Amin Subandrio menerangkan, pihaknya bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) berupaya membuat obat terapi untuk pasien COVID-19 dengan transfusi plasma convalescent.
Advertisement
"Plasma darah tersebut nantinya akan diberikan kepada pasien COVID-19 dalam kondisi berat dengan jumlah virus yang masih banyak. Sementara antibodinya belum bekerja," terang Amin di Markas PMI Pusat, Jakarta, Rabu (15/4/2020) melalui keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
"Diharapkan antibodi yang ada di dalam plasma darah pasien yang telah sembuh akan membantu memerangi virus Corona yang ada dalam tubuh pasien COVID-19."
Efek Transfusi Plasma Darah
Transfusi plasma darah digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19 di beberapa negara lain. Seperti Amerika Serikat juga sudah memulai uji coba plasma darah untuk pasien-pasien COVID-19 di New York.
Iran juga telah mengklaim berhasil menyembuhkan banyak pasien COVID-19 dengan menggunakan plasma darah. Lantas apakah ada efek samping transfusi plasma darah
"Transfusi plasma darah ini akan menyasar pada pasien positif COVID-19. Untuk efek samping transfusi kemungkinan ada, tetapi tergantung dari kondisi setiap pasien," jelas Wakil Kepala Unit Transfusi Darah PMI Provinsi DKI Jakarta, Ni Ken Ritchie melalui pesan singkat kepada Health Liputan6.com hari ini.
Ni Ken juga menyebut, biasanya reaksi transfusi (plasma darah) yang sering terjadi adalah alergi.
Advertisement