Sukses

WHO: Cakupan Imunisasi Meningkat tapi 13 Juta Anak di Dunia Tak Divaksin

WHO mengungkapkan meski sudah ada kemajuan dalam bidang imunisasi tapi masih ada sekitar 13 juta anak yang benar-benar tidak mendapatkan vaksinasi.

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa ada kemajuan di bidang imunisasi anak, namun targetnya masih jauh dari cakupan 95 persen yang dibutuhkan masyarakat agar benar-benar terhindari dari penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin.

Pernyataan ini dirilis WHO dalam rangka menyambut Pekan Imunisasi Sedunia tahun 2020 yang jatuh dari 24 hingga 30 April.

Dalam keterangan di laman resminya, dikutip Jumat (24/4/2020), sebelum adanya pandemi COVID-19, dunia dinilai membuat sebuah kemajuan besar terkait pemenuhan vaksinasi anak-anak.

Data WHO menemukan, di tahun 2018, 86 persen anak di bawah usia lima tahun secara global telah diimunisasi dengan tiga dosis vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP3) dan satu dosis vaksin campak. Angka ini naik dari 72 persen di tahun 2000 dan dari 20 persen pada 1980.

Mereka juga mengatakan bahwa jumlah anak yang lumpuh karena polio telah berkurang 99,9 persen di seluruh dunia.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Sekitar 13 Juta Anak Tak Dapat Imunisasi

Di tahun yang sama, terdapat sekitar 13 juta anak yang tidak pernah mendapatkan vaksinasi apa pun. WHO menganggap ini menempatkan anak dan komunitasnya ke dalam risiko penyakit dan kematian.

Selain itu, pada 2018, WHO juga menemukan hampir 20 juta anak di seluruh dunia atau sekitar lebih dari 1 dari 10 anak, melewatkan vaksinasi yang dinilai mampu melindungi mereka dari campak, difteri, dan tetanus.

"Mayoritas anak-anak ini tinggal di negara-negara dengan sistem kesehatan yang sudah rapuh, semakin membatasi akses mereka ke layanan kesehatan yang penting saat mereka jatuh sakit," tulis WHO.

WHO memprediksi apabila tingkat vaksinasi menurun, kasus penyakit seperti campak akan meningkat. Tahun 2019, setidaknya ada 800 ribu kasus campak di dunia. Dikhawatirkan tahun 2020, akan ada kenaikan jumlah kejadian, terutama jika tingkat vaksinasi turun atau penundaan aktivitas imunisasi akibat COVID-19.