Liputan6.com, Jakarta Pandemi seperti COVID-19 atau bahkan lebih mematikan dikhawatirkan akan terjadi di masa depan apabila kerusakan lingkungan akibat ulah manusia terus menerus terjadi. Pernyataan ini disampaikan oleh sekelompok ilmuwan.
"Ada satu spesies yang bertanggung jawab atas pandemi COVID-19, kita," kata para pakar tersebut seperti dikutip dari The Guardian pada Kamis (30/4/2020).
Baca Juga
"Pandemi baru-baru ini adalah konsekuensi langsung dari aktivitas manusia, khususnya sistem keuangan dan ekonomi global kita yang menghargai pertumbuhan ekonomi apa pun biayanya," tulis mereka.
Advertisement
Dalam catatan yang ditulis oleh Profesor Josef Settele, Sandra Diaz dan Eduardo Brondizio, serta Dr. Peter Daszakmengatakan deforestasi yang merajalela, ekspansi pertanian tidak terkendali, pertambangan, pembangunan infrastruktur, serta eksploitasi spesies liar telah menciptakan "badai sempurna" untuk penyebaran penyakit dari satwa liar ke manusia.
"Tindakan kita telah secara signifikan berdampak pada lebih dari tiga per empat permukaan Bumi, menghancurkan lebih dari 85 persen lahan basah dan mendedikasikan lebih dari sepertiga dari seluruh lahan dan hampir 75 persen dari air tawar yang tersedia untuk produksi hasil panen dan ternak," tulis mereka di laman IPBES (Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services).Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Ancaman Pandemi di Masa Depan
Bersama dengan urbanisasi dan ledakan pertumbuhan perjalanan udara secara global, kondisi ini memungkinkan virus yang mereka nilai sesungguhnya tidak berbahaya dari kelelawar Asia membawa pandemi bagi umat manusia.
Mereka menambahkan, mungkin COVID-19 hanyalah sebuah permulaan.
"Pandemi di masa depan kemungkinan akan terjadi lebih sering, menyebar lebih cepat, berdampak ekonomi lebih besar, dan membunuh lebih banyak orang jika kita tidak terlalu berhati-hati tentang kemungkinan dampak dari pilihan yang kita buat hari ini," kata mereka.
Para pakar ini mengatakan, sekitar 1,7 juta virus tak dikenal dari jenis yang belum diketahui dan bisa menginfeksi manusia diyakini masih ada pada hewan-hewan.
"Salah satu dari ini bisa menjadi 'Disease X' berikutnya yang berpotensi lebih mengganggu dan mematikan ketimbang COVID-19."
Advertisement
Perkuat Perlindungan Lingkungan
Maka dari itu, mereka meminta agar pemulihan ekonomi yang bernilai miliaran dolar dan diluncurkan oleh pemerintah harus digunakan untuk memperkuat dan menegakkan perlindungan lingkungan.
Selain itu, para pakar ini mengatakan pemerintah harus mengadopsi pendekatan "One Health" di mana tingkat pengambilan keputusan mulai dari global hingga lokal, mengakui keterkaitan yang paling kompleks antara kesehatan manusia, hewant tumbuhan, dan lingkungan bersama-sama.
"Pendekatan One Health akan memastikan bahwa keputusan yang lebih baik dibuat dengan memperhitungkan biaya jangka panjang dan konsekuensi dari tindakan pembangunan, untuk manusia dan alam."
Mengharapkan Vaksin Bukan Strategi yang Baik
Hal lain yang harus dilakukan adalah dengan mendanai dan memenuhi sumber daya sistem kesehatan dengan semestinya, serta memberikan insentif pada perubahan perilaku di garis depan risiko pandemi. Ini mencakup program pengawasan, klinik, survey risiko, intervensi spesifik, hingga kerja sama dengan masyarakat.
"Program yang sedang kita bicarakan akan menelan biaya puluhan miliar dolar setahun. Namun jika Anda mengalami satu pandemi, meskipun hanya satu dalam seabad, biayanya triliunan, jadi Anda masih bisa menghasilkan pengembalian yang baik dalam investasi," kata Daszak.
"Bisnis seperti biasa tidak akan berhasil. Bisnis seperti biasa saat ini bagi pandemi adalah menunggu mereka muncul dan mengharapkan vaksin. Itu bukan strategi yang baik."
Sebelumnya, Profesor Thomas Lovejoy dari United Nations Foundation dan George Mason University, AS mengatakan bahwa pandemi bukankah balas dendam alam melainkan hasil dari perbuatan manusia itu sendiri.
Daszak mengatakan bahwa semua pihak harus menghadapi COVID-19 dengan perubahan yang transformatif dan tidak seperti biasanya.
"Kita dapat membangun kembali dengan lebih baik dan keluar dari krisis saat ini dengan lebih kuat dan lebih tangguh dari sebelumnya, namun kebijakan itu berarti memilih kebijakan dan tindakan yang melindungi alam, sehingga alam dapat membantu melindungi kita."
Advertisement