Liputan6.com, Jakarta Edukasi membangun keluarga bahagia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyasar hampir 70 juta keluarga dan 70 juta remaja Indonesia. Melalui program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan keluarga Berencana (Bangga Kencana) diharapkan penyebarluasan informasi lebih relevan untuk generasi Millenial dan Zillenial.
Salah satu bentuk program besutan BKKBN adalah kehadiran laman siapnikah.org. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan, laman siapnikah.org (www.sispnikah.org) yang bekerja sama dengan Rumah Perubahan merupakan media edukasi mengukur kesiapan menikah bagi para remaja di Indonesia.
Advertisement
"Di dalam laman tersebut, terdapat kuesioner yang mengukur kesiapan menikah seseorang. Ada juga bacaan-bacaan yang bisa menjadi referensi bagi remaja mengenai cara mempersiapkan diri menjadi orang dewasa yang dapat memenuhi kebutuhannya," terang Hasto dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Kamis (7/5/2020).
Di sisi lain, masa pandemi COVID-19 memberikan dampak terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS). Terjadi penurunan penggunaan kontrasepsi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Ini karena tidak teraksesnya Pasangan Usia Subur terhadap pelayanan kontrasepsi.
"Kami juga berupaya meningkatkan awareness masyarakat, termasuk stakeholder dan mitra kerja melalui berbagai media. Bukan hanya risiko kesehatan, tapi risiko psikologis karena kekhawatiran (KTD). Oleh karena itu, kita harus mensosialisasikan penundaan kehamilan," lanjut Hasto.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Daya Tahan Tubuh dan Rencana Kehamilan
Hasto menyarankan, para pasangan usia subur menunda untuk punya momongan di masa pandemi COVID-19. Hal ini disebabkan usia kehamilan muda memiliki risiko tinggi terpapar virus Corona.
"Biasanya kalau hamil muda, daya tahan tubuhnya menurun. Karena ada penyesuaian tubuh ibu dengan bayi yang ada dalam kandungan," ujarnya.
Untuk merencanakan kehamilan dan menghasilkan momongan yang sehat, para calon ibu penting diberikan edukasi dan kesadaran tentang mempersiapkan 1.000 hari pertama kehidupan bagi bayi, sehingga bayi dilahirkan menjadi generasi baru yang unggul dan berkualitas.
Berdasarkan data BKKBN, sebanyak 30 persen bayi berisiko tidak memenuhi standar kesehatan saat lahir (bayi dalam keadaan sakit atau cacat). Kondis ini berujung sulit mengembangkan SDM ke depannya.
"Ketidaktahuan dan ketidaksiapan pasangan saat akan menikah menimbulkan risiko kesehatan terhadap ibu dan bayi yang dilahirkan. Ketidaktahuan juga menurunkan kemampuan pasangan muda untuk menghasilkan generasi baru yang unggul dan berkualitas," tutup Hasto.
Advertisement