Liputan6.com, Jakarta Hampir setiap orang pasti pernah mengalami nyeri pinggang (Low Back Pain/LBP). Keadaan ini tentunya dapat menghambat aktivitas sehari-hari dan produktivitas kerja. Perlu diketahui bahwa 80% dari kondisi LBP disebabkan oleh masalah di otot pinggang dan dapat ditangani secara konservatif./tanpa operasi, yang meliputi istirahat, obat, fisioterapi, akupuntur, dll. Namun tentunya kita harus memberi batas waktu terapi konservatif tersebut, jika tidak ada perbaikan nyeri dalam waktu 6-8 minggu, harus dicari masalah lainnya disamping masalah otot. Penyebab lain nyeri pinggang, terutama pada usia produktif, adalah suatu keadaan yang disebut HNP.
HNP (Herniated Nucleus Pulposus) merupakan suatu keadaan dimana bantalan sendi tulang belakang menonjol sehingga dapat menyebabkan keadaan syaraf terjepit. Lokasi paling sering terjadinya HNP adalah di bagian pinggang (lumbal), leher (cervical) dan terakhir paling jarang adalah bagian punggung (thoracal). Keluhan pasien dapat berupa kesemutan yang menjalar ke tangan atau kaki, nyeri leher atau pinggang, kelemahan/kelumpuhan anggota gerak, ataupun sulit menahan buang air besar atau kecil.
80-85% kasus HNP dapat ditangani tanpa operasi, namun 15-20% diantaranya perlu dilakukan tindakan operasi. Perkembangan teknologi kedokteran di hampir semua lini saat ini mengarah ke teknik minimal invasive. Demikian juga dengan teknik operasi pada kasus-kasus tulang belakang seperti HNP. Walaupun tehnik operasi mikrodisektomi untuk kasus HNP tetap merupakan gold standard, namun saat ini berkembang tehnik yang dinamakan Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy (PELD).
Advertisement
PELD merupakan suatu teknik operasi syaraf terjepit, dimana dapat dilakukan dengan bius lokal, hanya memerlukan sayatan sebesar 8mm, dapat dilakukan secara one day care/tanpa rawat inap, waktu operasi 20-40 menit, tidak perlu pemasangan alat implan dan perdarahan yang ditimbulkan sangat minimal. Pengerjaannya dilakukan dengan bantuan lensa dan monitor, sehingga syaraf terlihat jelas dan dapat dihindari dari cedera.
Dengan luka sayatan hanya 8mm, teknik PELD memberikan beberapa keuntungan antara lain pasien akan minimal merasakan nyeri pasca operasi, dapat langsung mobilisasi jalan setelah operasi, sehingga pasien dapat lebih cepat untuk kembali beraktifitas atau bekerja. Â
Pasien sering khawatir akan resiko kelumpuhan pada operasi tulang belakang termasuk bagian lumbal. Perlu diketahui bahwa level yang sering terkena HNP pada daerah lumbal adalah level L45 dan L5S1. Pada operasi level L45 dan L5S1, sudah tidak dijumpai syaraf yang menggerakkan otot paha dan lutut, sehingga secara teoritis pun hampir tidak mungkin terjadi kelumpuhan setengah badan bawah seperti yang ditakutkan pasien pada umumnya. Dengan indikasi yang tepat serta teknik pengerjaan yang baik, angka keberhasilan operasi PELD dapat mencapai 98%.
Pengobatan syaraf terjepit/ HNP dengan metode PELD di RS EMC Tangerang ditangani oleh dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K)Spine , Dokter Orthopedi & Traumatologi Konsultan Bedah Tulang Belakang. Untuk informasi dan jadwal konsultasi hubungi : Ekha (0878 8989 0102) Call/SMS/WA.