Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Penanganan COVID-19 di Indonesia Achmad Yurianto baru saja menerima penghargaan PR of The Year 2020. Penghargaan bertajuk Indonesia Corporate Branding PR Award 2020 ini diselenggarakan oleh Iconomics Research and Consulting.
Penghargaan ini bentuk apresiasi atas kerja keras para Public Relation (PR) di perusahaan maupun lembaga yang dipimpinnya. Rasa terima kasih pun diucapkan Yuri, sapaan akrabnya.
Advertisement
Baca Juga
Ia tidak menyangka mendapat penghargaan tersebut. Sebelumnya, ia juga tidak tahu terkait adanya penghargaan Indonesia Corporate Branding PR Award 2020.
"Ya terima kasih. Tapi saya enggak tahu (sebelumnya) ada penghargaan itu. Saya tidak diajak ngomong apa-apa, tahu-tahu saya dikasih penghargaan. Ya terima kasih atas penghargaannya," tutur Yuri saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Minggu (17/5/2020).
Masih hangat dalam ingatan, Yuri diberi kepercayaan untuk menjadi Juru Bicara COVID-19 di Indonesia pada awal Maret 2020. Yuri, yang ketika itu masih menjabat sebagai Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan melakukan pembaruan berita terkait COVID-19 di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Jakarta.
Kini, pembaruan COVID-19 disiarkan dari Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta.
Yuri menceritakan singkat saat dirinya diangkat menjadi Jubir COVID-19. "Yang memberi perintah saya untuk menjadi Jubir kan Presiden Joko Widodo. Ya, saya langsung terima. Tidak mempertimbangkan hal-hal lain lagi. Karena itu adalah perintah Kepala Negara," lanjut Yuri.
Â
Jalani Hari Jadi Jubir COVID-19
Semenjak didapuk menjadi Jubir COVID-19, sosok Yuri pun menjadi sorotan nasional dan internasional. Pada waktu menerima tugas sebagai Jubir COVID-19, ia mengaku, awalnya tidak tahu tugas menjadi juru bicara seperti apa dan bagaimana. Walaupun begitu, ia menjalani pekerjaan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Â
"Saya jalani saja menjadi Jubir COVID-19. Dunia saya kan dunia tentara, dengan pimpinan ya enggak usah mikir pertimbangan macam-macam. Saya terima jadi Jubir. Sikatlah. Jalanin saja. Memang pada waktu itu saya enggak tahu Jubir itu tugasnya ngapain aja. Tapi karena pekerjaan saya banyak berbicara ya makanya saya dijadikan Jubir," ungkapnya, yang kini menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.
"Awal-awal konferensi pers saat jadi Jubir ya biasa aja. Enggak ada kendala atau hambatan. Ini bukan pertama kalinya saya mengerjakan pekerjaan ini. Sebelumnya saya ke lapangan ketika ada bencana. Jadi, saya memberi laporan juga terkait bencana di tempat bencana langsung. Menyampaikan laporan, terutama terkait bencana adalah sesuatu yang sudah biasa saya kerjakan."
Â
Yuri menyampaikan, selama menjadi Jubir COVID-19, bukan berarti ia bekerja sendirian. Ada tim yang bekerja untuk mengumpulkan data.
Data terkait COVID-19 yang biasa kita dengarkan sekarang setiap pukul 15.30 WIB merupakan hasil kerjasama Yuri bersama tim. Dalam hal ini, dukungan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
"Persiapan sebelum konferensi pers sekarang setiap pukul 15.30 WIB, kita ada tim yang bertugas mengumpulkan data setiap jam 12.00 siang. Data yang diperoleh dikaji oleh tim. Ya, kesimpulannya apa, lalu didiskusikan sama saya. Kemudian ya saya ngomong (sesi konferensi pers). Ya gitu aja. Lagi pula kita juga sudah lama ini kan kerjanya, ada 70 hari lebih," Yuri menambahkan.
Â
Advertisement
Banjir Pertanyaan Kasus dan Batik
Ibarat sosok media daring, Yuri pun dibanjiri pertanyaan terkait perkembangan kasus COVID-29 di Tanah Air. Tak heran, ponselnya penuh dengan telepon dan pesan singkat yang masuk. Menanyakan seputar data kasus COVID-19 juga isu-isu lain, seperti hoaks atau kabar viral yang beredar.
"Iya, betul. Banyak media (jurnalis) yang nanya soal update data dan lain-lain. Semuanya mintanya ke saya. Sampai, misalnya, saya diminta mengomentari Youtube orang lain," ujar Yuri.
Selain soal perkembangan kasus COVID-19, salah satu sorotan teman-teman jurnalis kepada Yuri yakni batik dan kain masker batik yang dikenakannya. Kedua hal ini pun kerap menjadi perbincangan di kalangan jurnalis.
Tak heran, sebelum konferensi pers dimulai, komentar seperti, 'Pak Yuri hari ini pakai batik model apa ya?' memenuhi kolom komentar di media sosial BNPB, yang menyiarkan konferensi pers tersebut.
Menanggapi itu, Yuri pun berkomentar, "Ya, saya punyanya batik di rumah. Pakainya ya batik (tidak ada maksud tertentu). Tinggal cari aja kok ke toko pakaian batik. Banyak itu model-model batiknya."
Â
Dari Dokter Militer sampai Dirjen P2P
Menilik riwayat pekerjaan Yuri, ia lama menimba pengalaman menjadi dokter militer. Pria kelahiran Malang, 11 Maret 1962 ini merupakan lulusan Sarjana Kedokteran Universitas Airlangga tahun 1990. Ia menjadi Perwira Pertama (PAMA) Kesdam V/BRW pada 1987 dan dokter Yonif pada 1991. Di tahun yang sama, ia menjadi PAMA Kesdam IX/UDY.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Health Liputan6.com dari Kementerian Kesehatan, Yuri juga menjabat Kaurminkes Detasemen Kesehatan Wilayah (Denkesyah) Dili pada 1994. Tiga tahun kemudian, pada 1997, Yuri mengabdi di Kostrad TNI Angkatan Darat sebagai PS Kepala Seksi Kesehatan Militer (Kesmilkes) Kostrad pada 1997. Selang setahun kemudian, pada 1998, ia naik menjadi Kepala Seksi Kesmilkes Kostrad.
Pada 1998 juga Yuri menjabat Wakil Komandan Yonkes Divisi Kostrad. Memasuki tahun 2000, ia menjabat Guru Militer (Gumil) Golongan VI Depeng Kesehatan Lapangan Pusat Pendidikan Kesehatan (Pusdikkes) TNI dan Gumil Golongan V pada 2002.
Tahun 2003, Yuri menjadi Kadepeng Kesehatan Militer Pusdikkes dan Komandan Denkesyah 03.04.04 Serang pada 2004. Dua tahun kemudian, pada 2006, Yuri sebagai Wakil Kepala Rumah Sakit Tk II Dustira Bandung. Kiprahnya tahun 2008 sebagai Wakil Kepala Kesdam IV/DIP dan Kepala Kesdam XVI/PTM pada 2009. Pada 2011, Yuri sebagai Kepala Kadisdukkesops Pusat Kesehatan TNI.
Perjalanan karier Yuri pada 2015 menjadi Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan. Para jurnalis yang biasa bertugas di Kementerian Kesehatan mulai mengenal Yuri sejak ia menjadi Kepala Puskrisis Kemenkes. Setiap ada bencana, gempa bumi juga tanah longsor, Yuri berada di lokasi bencana dan mengabarkan perkembangan situasi, yang mana jurnalis banyak yang menghubunginya.
Jabatan sebagai Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan diduduki Yuri pada 1 Agustus 2019. Selang 7 bulan kemudian, ia resmi dilantik menjadi Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan pada 9 Maret 2020.Â
Advertisement