Liputan6.com, Jakarta Hari Hipertensi Sedunia 2020, yang jatuh hari ini, 15 Mei 2020 dimaknai bagimana kita mengendalikan tekanan darah agar tidak menimbulkan komplikasi. Deteksi dini dan pemantauan tekanan darah perlu dilakukan, terutama bagi orang yang memang punya riwayat hipertensi.
Dokter spesialis saraf Ekawati Dani Yulianti mengemukakan, sesuai dengan tema Hari Hipertensi Sedunia tahun 2020 yaitu, Know your number artinya, penatalaksanaan hipertensi bukan hanya mengenai bagaimana mencapai sasaran tekanan darah yang optimal, namun juga lebih dari itu.
Advertisement
"Bagaimana kita dapat mendeteksi sedini mungkin, menatalaksananya dengan baik dan benar sesuai kondisi individu pengidap yang tentu berbeda-beda," ujar Ekawati dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Minggu (17/5/2020).
"Menatalaksana kondisi atau penyakit-penyakit penyerta utama lainnya, sehingga dapat mencegah komplikasi di kemudian hari. Sebagian besar hipertensi bukan merupakan penyakit yang dapat disembuhkan total dan tujuan pengobatan dan tatalaksana adalah mengendalikan tekanan darah untuk mencegah komplikasi agar dapat menjalani hidup yang bahagia dan berkualitas."
Komplikasi Hipertensi
Dokter spesialis saraf klinis Amanda Tiksnadi mengungkapkan, komplikasi hipertensi yang dapat merusak fungsi dan organ tubuh.
“Hipertensi sendiri saja, secara perlahan tapi pasti, akan menyebabkan komplikasi kerusakan struktural dan fungsional pembuluh darah dan juga organ-organ terminal (mata, otak, jantung, ginjal). Hal ini dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD)," terang Amanda.
"Adapun beberapa manifestasi klinis HMOD terminal ini antara lain adalah gagal jantung, sindrom koroner akut, stroke, demensia vaskuler atau pikun, gagal ginjal, dan gangguan pengelihatan termasuk kebutaan.”
Advertisement
Kasus Khusus Hipertensi
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi (PERHI) Tunggul D. Situmorang menerangkan, hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan.
Hipertensi tidak bergejala (silent killer) dan merusak organ-organ penting antara lain otak, jantung, ginjal, pembuluh darah besar sampai ke pembuluh darah kecil. Pada Annual Meeting ke-13 Februari tahun 2019 yang lalu, PERHI meluncurkan Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi yang menggarisbawahi bahwa diagnosis hipertensi sangat ditentukan oleh Man, Material, Method (3M) yaitu dokter dan pasien, alat pengukur dan pengukurannya termasuk persiapannya.
Pemeriksaan Tekanan Darah di Rumah (PTDR) berperan cukup penting untuk deteksi, diagnosis dan evaluasi terapi yang efektif serta bermanfaat memberikan gambaran variabilitas tekanan darah.
“Terdapat kasus khusus, yaitu pasien yang diagnosis hipertensinya ‘meragukan’ misalnya pre hypertension atau border-line hypertension, white-coat hypertension (tekanan darah tinggi bila diukur di klinik) atau masked hypertension (tekanan darah justru tinggi bila di luar klinik/di rumah)," lanjut Tunggul.
PTDR juga dapat meningkatkan tingkat kepatuhan pasien. Banyak penelitian yang menunjukkan PTDR mempunyai nilai prognostik yang lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan tekanan darah di klinik. Data survei PERHI yang dilakukan pada dokter-dokter menunjukkan sebagian besar dokter (95 persen) sudah menganjurkan PTDR, tapi tidak ada keseragaman dalam metode pengukuran maupun frekuensi pengukuran tekanan darah.
Dalam Buku Pedoman PTDR dijelaskan lebih rinci tentang PTDR untuk diagnosis hipertensi, cara menggunakan PTDR untuk pasien, frekuensi pemantauan dan target pengendalian tekanan darah.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Advertisement