Sukses

Dinkes Jabar Siapkan Skenario Siswa Masuk Sekolah di Tengah Pandemi COVID-19

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat tegah menyiapkan skenario masuk sekolah tahun ajaran baru 2020/2021 agar wabah COVID-19 tetap dapat ditekan dengan protokol kesehatan maksimal bagi pelajar SMA,SMK dan SLB.

Liputan6.com, Bandung - Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat tegah menyiapkan skenario masuk sekolah tahun ajaran baru 2020/2021 terkait pandemi COVID-19 yang masih melanda Indonesia. Persiapan matang perlu dilakukan supaya penularan COVID-19 dapat ditekan dengan protokol kesehatan maksimal bagi pelajar SMA,SMK dan SLB.l

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dewi Kartika, pihaknya mengikuti instruksi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Pak Menteri Nadiem ancar–ancar semester awal harus mulai di bulan Juli, tapi pertama kali masuk sekolahnya di tanggal berapa harus nunggu informasi Satgas COVID-19 Pusat,” ujar Dewi dalam keterangan resminya ditulis Kamis, 28 Mei 2020.

Tetapi lanjut Dewi, Disdik Jabar tetap berjalan dengan adaptasi protokol kesehatan di sekolah terutama SMA,SMK dan SLB kabupaten serta kota yang menjadi urusan Pemda Provinsi Jabar. Protokol kesehatan ini akan menjadi pedoman bagi guru, siswa, dan orang tua agar tidak tertular virus.

Dewi mengaku akan mengacu pada data terbaru https://pikobar.jabarprov.go.id/ dalam menentukan SOP di kabupaten/kota dengan zona COVID-19 yang berbeda-beda.

Dewi menyatakan, protokol kesehatan di sekolah pada prinsipnya tidak akan jauh berbeda dengan yang sudah ada, yakni dengan jaga jarak (physical distancing) dan pola hidup sehat dan bersih. Namun pada beberapa poin ada penyesuaian seperti alat pelindung diri tambahan.

 

 

2 dari 3 halaman

Waspadai Interaksi Siswa dari Rumah ke Sekolah

Hal yang perlu diwaspadai, menurut Dewi yakni interaksi siswa sejak dari rumah, dalam perjalanan ke sekolah, di kelas bersama guru, serta interaksi dengan teman – temannya.

“Kita tidak tahu siswa berinteraksi di rumah dengan siapa saja, terus pergi sekolahnya pakai angkot ketemu siapa saja kita tidak tahu. Ini yang harus diantisipasi,” kata Dewi.

Disdik sendiri sebetulnya tidak terlalu khawatir siswa SLTA tertular COVID-19 karena berdasarkan data kelompok usia sekolah paling tahan. Menjadi atensi Ike bahwa siswa berpotensi menjadi pembawa virus bagi orang sekitar yang berusia lanjut.

Semisal kepada guru yang berusia senior, orang tua di rumah atau teman perjalanan saat menggunakan transportasi publik.

“Anak – anak SMA itu pada kuat, tapi dia bisa menjadi carrier virus. Ini juga perlu jadi perhatian,“ jelas Dewi.

3 dari 3 halaman

SOP Antisipasi Jika Ada Siswa yang Positif COVID-19 di Sekolah

Hal lain yang perku diantisipasi ungkap Dewi, SOP penanganan jika di sekolah ternyata ada yang positif COVID-19. Meskipun protokol kesehatan COVID-19 di SLTA yang menyusun adalah Pemda Provinsi Jabar, namun yang melaksanakan kabupaten dan kota.

“Jika misalnya ada kasus di sekolah, Provinsi tidak mungkin datang langsung ke sekolah, harus dari kabupaten dan kota karena sekolahnya ada di daerah,” terang Dewi.

Dewi berharap adaptasi protokol kesehatan di SMA, SMK dan SLB ini dapat rampung secepat mungkin agar dapat disosialiasasikan ke kabupaten dan kota.

“Kementerian Pendidikan sudah ada plan A, plan B, plan C tapi belum sampai ke kita (Disdik). Insyaallah Jum’at ini sudah jelas,” sebut Dewi. (Arie Nugraha)