Liputan6.com, Jakarta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention/CDC) Tiongkok masih meneruskan pencarian asal virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang saat ini tengah menjadi pandemi global.
Baru-baru ini, Direktur CDC China Gao Fu mengatakan bahwa kemungkinan, pasar basah Wuhan yang selama ini dianggap sebagai sumber penularan COVID-19 hanyalah 'korban' dari virus ini.
Baca Juga
"Awalnya, kami berasumsi pasar makanan laut mungkin memiliki virusnya, tetapi sekarang pasar itu jauh lebih mirip seperti korban. Novel coronavirus sudah ada jauh sebelumnya," kata Gao Fu seperti dikutip dari media Tiongkok, Global Times pada Jumat (29/5/2020).
Advertisement
Dalam pengumpulan sampelnya di Wuhan awal Januari lalu, Gao Fu bersama para peneliti COVID-19 tidak mendeteksi virus corona SARS-CoV-2 dalam sampel hewan. Mereka hanya ada dalam sampel dari lingkungan, termasuk limbah.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Kemungkinan Pasar Basah Bukan Sumber Penularan Awal
Gao bersama pemerintah dan ilmuwan setempat masih mempelajari tentang asal usul virus tersebut dan mempelajarinya. Namun sejauh ini, inang perantara virus yang pasti belum dikonfirmasi.
Colin Carlson, profesor di Georgetown University, Amerika Serikat mengatakan bahwa ada kemungkinan pasar di Wuhan bukan sumber penularan pertama SARS-CoV-2.
Carlson mengatakan bahwa agar virus bisa berpindah dari hewan ke manusia, hewan harus benar-benar membawa virus tersebut. Dia mengatakan, genom SARS-CoV-2 paling dekat hubungannya dengan virus corona yang diisolasi dari kelelawar tapal kuda di China.
Dari situ, para ilmuwan menduga virus itu mungkin berpindah ke hewan lain dan kemudian menyebar ke manusia. Hal inilah yang membuat pasar basah diasumsikan sebagai sumber penularan pertama COVID-19.
Advertisement
Butuh Waktu Lama untuk Konfirmasi
Namun, dalam penelitiannya, CDC China tidak menemukan mereka dalam sampel binatang yang diteliti.
"Tidak ada satu pun hewan yang dinyatakan positif. Jadi sejak Januari, ini sebenarnya tidak terlalu konklusif. Namun ini telah berkembang menjadi sebuah narasi," kata Carlson seperti dikutip dari Live Science.
"Ini adalah virus yang berasal dari hewan yang membuat lompatan, mungkin dari kelelawar ke manusia, mungkin melalui... hewan lain, mungkin melalui ternak. Dan kita belum memiliki data untuk mengetahui di mana atau bagaimana," kata Carlson.
Menurutnya, penelusuran ini butuh waktu. Bahkan, studi yang menunjukkan bahwa SARS berasal dari kelelawar, baru diterbitkan tahun 2017 atau sekitar 15 tahun usai wabah itu pertama kali terjadi.
Maka dari itu, Carlson mengatakan bahwa kemungkinan menemukan sumber awal dari COVID-19 akan memakan waktu lebih lama.
"Butuh waktu lama untuk melewati gua-gua, untuk memeriksa sampel, dan membangun basis bukti di mana kita dapat dengan yakin mengatakan bahwa: Ini berasal dari kelelawar, di gua ini, pada saat ini," kata Carlson.