Sukses

Kisah Seorang Perawat Dapatkan Stigma Negatif Saat Lawan COVID-19

Seorang perawat sekaligus Koordinator Tim Relawan Gugus Tugas PMI Kota Bandung, Aas Hasbi, berkisah tentang pengalamannya mendapat stigma negatif dari masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Seorang perawat sekaligus Koordinator Tim Relawan Gugus Tugas PMI Kota Bandung, Aas Hasbi, berkisah tentang pengalamannya mendapat stigma negatif dari masyarakat.

“Yang saya rasakan itu banyak banget sih selain dari saya dijauhin sama orang lain karena mereka menganggap kalau saya itu benar-benar transmit,” ujar Hasbi kepada Health Liputan6.com, Jumat (5/6/2020).

Ia menambahkan, memang betul perawat adalah transmit atau pembawa virus namun perawat sudah mengetahui berbagai protokol kesehatan seperti menjaga jarak dan protokol lainnya.

“Karena kita juga sadar bahwa kita transmit. Jadi saya gak akan mungkin langsung mendekap atau bersalaman, kami pergunakan protokolernya.”

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Jenazah Perawat Ditolak Warga

Dalam menjalankan tugas melawan COVID-19, ada beberapa tenaga kesehatan (nakes) yang gugur. Namun, kepanikan dan ketakutan berlebih terhadap COVID-19 juga membawa dampak buruk bagi nakes yang telah meninggal.

Stigma tentang jenazah pasien COVID-19 dapat menularkan virus membuat masyarakat menolak jenazah tersebut untuk dikuburkan di wilayahnya.

“Itu suatu kejadian yang mengiris hati para perawat. Teman sejawat kami yang meninggal ditolak oleh warga. Selain itu, banyak perawat yang diusir dari kosan.”

Terkait pengusiran dari kosan, pria 24 tahun ini merasa miris ketika para nakes mendapat kritik karena mendapatkan fasilitas tempat tinggal berupa hotel dari pemerintah.

“Mereka menganggap ini adalah sesuatu yang berlebihan ketika pemerintah memberikan fasilitas kepada tenaga kesehatan. Kami bingung juga harus tinggal di mana sedangkan kos saja diusir. Kalau kami ke rumah ya kami sayang keluarga, gak mau keluarga sendiri kena COVID-19 ini.”