Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi mengungkapkan beberapa tantangan dan kendala pelayanan kebidanan di masa pandemi COVID-19.
Hal tersebut dinyatakan Emi dalam sebuah seminar daring yang diadakan pada Selasa (9/6/2020) kemarin.
Baca Juga
Emi mengatakan, tantangan pertama adalah terbatasnya pengetahuan ibu dan keluarga terkait COVID-19 beserta pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir di masa pandemi.
Advertisement
"Banyak informasi tapi informasi yang membuat tidak selalu gampang untuk dipahami. Bahkan dengan berbagai informasi yang datang membuat masyarakat bingung juga," kata Emi menjelaskan, ditulis Rabu (10/6/2020).
"Kemudian belum semua bidan juga tersosialisasi termasuk dengan COVID-19, termasuk panduan-panduan terbaru dalam masa COVID-19," tambahnya.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Bidan Juga Harus Dilindungi
Selain itu, tantangan lain adalah terkait kesehatan Alat Pelindung Diri dalam fasilitas kesehatan baik primer, tempat praktik mandiri bidan, maupun rujukan.
"Filosofi dari pelayanan new normal itu adalah kita tetap memberikan pelayanan prima dengan harus aman. Jadi aman dari COVID-19," ujarnya.
Emi juga mengatakan bahwa keselamatan bidan, pasien, dan semua tenaga kesehatan harus dilindungi. Di sini, diperlukan penyesuaian pelayanan agar terhindar dari penularan.
Hal lain yang menjadi tantangan adalah terbatasnya pelayanan kebidanan di era pandemi serta tingginya kasus pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit rujukan berpengaruh terhadap penanganan rujukan maternal dan neonatal.
"Sehingga dari beberapa kali seminar kami juga mengusulkan adanya rujukan-rujukan untuk maternal neonatal yang tidak dipakai untuk rujukan COVID-19. Karena masyarakat juga ada ketakutan kalau dikirim ke rumah sakit rujukan COVID-19 walau pun dia menangani COVID-19 kan juga sudah ada standar," ujarnya.
Advertisement
Kendala yang Dihadapi
IBI juga menemukan berbagai kendala yang dihadapi bidan dalam pelayanannya di masa pandemi COVID-19.
Kendala pertama adalah sulitnya memenuhi Alat Pelindung Diri dan Bahan Pencegahan Infeksi. Selain itu, kesadaran pasien akan perlindungan diri dengan menggunakan masker dan mencuci tangan dirasa masih kurang.
"Rasa khawatir bidan terhadap pasien-pasiennya, apakah orang ini sudah terpapar atau belum, jujur atau tidak, ini juga menjadi kendala bagi bidan," kata Emi.
Emi juga membutuhkan bahwa bidan memerlukan alat skrining berupa tes cepat. Maka dari itu, ia meminta agar pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas tersebut dengan merata dan mencegah bidan menjadi penular bagi orang lain.
Kendala lain adalah ketakutan ibu untuk mendatangi klinik atua fasilitas kesehatan karena takut tertular COVID-19. Hal ini juga membuat sebagian bidan mengalami penurunan jumlah pasien seperti KB dan imunisasi.
"Sebagian pasien juga datang masih ada yang tidak memakai masker sehingga sekarang bidan harus menyediakan masker bukan untuk dirinya dan tim yang bekerja tapi juga untuk pasien dan pendamping. Ini juga menambah biaya operasional," ujarnya.