Sukses

WHO Bolehkan Ibu dengan COVID-19 Menyusui Bayinya

WHO mengatakan belum menemukan adanya penularan COVID-19 dari proses menyusui

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) menyatakan belum ada bukti yang menegaskan bahwa virus corona penyebab COVID-19 bisa menular dari Air Susu Ibu (ASI) kepada bayinya. Maka dari itu, mereka masih memperbolehkan ibu untuk menyusui.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa mereka telah berhati-hati dalam melakukan penyelidikan terkait risiko penularan COVID-19 kepada bayi saat menyusui.

Tedros mengatakan, risiko COVID-19 pada anak memang lebih rendah, namun mereka juga berisiko tinggi terhadap penyakit dan kondisi lain yang bisa dicegah dengan pemberian ASI.

"Berdasarkan bukti yang tersedia, saran WHO adalah manfaat menyusui melebihi potensi risiko penularan COVID-19," kata Tedros seperti dikutip dari laman resminya pada Selasa (16/6/2020).

"Ibu yang dicurigai atau dikonfirmasi COVID-19 harus didorong untuk memulai dan melanjutkan menyusui serta tidak dipisahkan dari bayinya kecuali jika ibu tersebut terlalu sakit," Tedros menambahkan.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Panduan Menyusui Bagi Ibu dengan COVID-19

WHO juga telah mengeluarkan panduan menyusui bagi ibu yang dinyatakan positif COVID-19.

Dalam panduan di laman resminya, WHO menyatakan bahwa ibu dengan COVID-19 bisa menyusui asalkan menjaga higienitas pernapasan dan menggunakan masker, mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi, serta secara rutin membersihkan dan melakukan disinfeksi pada permukaan barang-barang yang disentuh.

Selain itu, apabila sang ibu dengan COVID-19 berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan pemberian ASI, maka bayi bisa mendapatkannya dengan cara lain seperti memerah ASI, relaktasi, atau donor ASI.

Mengutip Channel News Asia, Anshu Banerjee, penasehat senior di departemen penelitian dan kesehatan reproduksi WHO mengatakan, yang terdeteksi dalam ASI seorang ibu dengan COVID-19 hanyalah fragmen virus, bukan virus yang hidup.

"Sejauh ini kami belum bisa mendeteksi virus hidup dalam ASI. Jadi risiko penularan dari ibu ke anak sejauh ini belum ditetapkan," kata Banerjee.