Liputan6.com, Jakarta Olahraga ekstrim semakin digemari masyarakat modern saat ini. Tak hanya menjadi hobi saja lho, bahkan sudah menjadi profesi dan ditekuni para atlet. Padahal resiko yang ditanggung sangat besar dan tidak main-main. Di tengah maraknya olahraga ekstrem, muncul banyak anggapan bahwa olahraga ekstrem bisa menguatkan tulang pada tubuh. Apakah itu benar?
Dikutip dari Oxford University Dictionary (2018) menyebutkan “Extreme sport is a sport performed in a hazardous environment and involving great risk” yaitu olahraga yang dilakukan pada lingkungan yang berbahaya dan memiliki resiko besar. Sementara itu beberapa penulis yang menyebutkan extreme sport sebagai suatu “Adventure sport” oleh karena beberapa olahraganya meliputi suatu kegiatan petualangan/adventure yang berlokasi di gunung, sungai, salju, jurang, tebing atau bukit.
Baca Juga
Olahraga yang termasuk dalam kategori extreme sport ini cukup banyak. Olahraga ekstrim yang dilakukan di alam terbuka meliputi: Mountain/rock climbing, Snowboarding, Surfing, Rafting, Bungee jumping, Downhill cycling, Skydiving dan sebagainya. Adapun olahraga ekstrim yang dilakukan di suatu arena yang dibuat meliputi: Skateboarding, BMX, Motor Cross, Ice Skating dan sebagainya.
Advertisement
Begitu populernya beberapa cabang olahraga ekstrim, organisasi olahraga dunia bahkan telah memasukkan olahraga ekstrim dalam kategori yang dilombakan dalam event olahraga resmi antara negara mulai dari Sea Games, Asian Games, hingga Olimpiade. Pada Olimpiade musim dingin tahun 2014 tercatat olahraga Snowboarding, Ski Jumping, Freestyle Skiing, Skeleton, Luge, Kayaking, dan Windsurfing masuk dalam payung extreme sport. Pada Olimpiade tahun 2018, masuk juga olahraga Big Air Snowboarding, Mixed Alpine Skiing, dan Speed Skating.
Lebih lanjut pada Olimpiade Tokyo yang gelarannya diundur tahun 2021 karena pandemi Covid-19 juga telah menyetujui olahraga Surfing, Rock Climbing dan Skateboarding akan dilombakan. Di Level Asia, Asian Games 2018 di Indonesia dan Sea Games 2019 di Filipina olahraga Skateboarding juga dilombakan dalam kategori olahraga ekstrim. Sekarang kembali pada pertanyaan utama. Apakah “Extreme Sport” dapat meningkatkan kesehatan tulang?
"Jawabannya pasti tergantung, tergantung beberapa faktor yang mempengaruhi," kata Nicolaas Budhiparama, MD.,PhD., SpOT (K).
Sedikitnya ada 3 faktor yang membuat olahraga ekstrim dapat meningkatkan kesehatan tulang.
1. Jenis olahraganya
Jika olahraga tersebut meliputi suatu kegiatan yang menumpu berat badan (weight bearing activity) di dapat meningkatkan kesehatan tulang.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktivitas fisik yang meliputi kegiatan menumpu berat badan dapat meningkatkan kepadatan tulang atau bone mineral density (BMD). Disebutkan juga dalam sebuah penelitian bahwa peningkatan BMD sebesar 5.4% setara dengan peningkatan 64% kekuatan tulang. Olahraga-olahraga yang termasuk high loading (basketball, volleyball dan sejenisnya) diketahui dapat meningkatkan kepadatan tulang lebih tinggi dibanding olahraga medium loading (sepak bola, running dan sejenisnya) dan olahraga low loading (berenang dan sejenisnya).
"Sementara itu untuk olahraga seperti windsurfing, rafting, bungee jumping atau sky diving yang tidak banyak menumpu berat badan akan sedikit pengaruhnya terhadap kepadatan tulang. Dibanding olahraga yang masih banyak meliputi kegiatan menumpu berat badan seperti dalam olahraga skateboarding, snowboarding, skating dan sejenisnya," ujar Nicolaas.
Namun demikian, Nicolaas mengingatkan bahwa bahwa tulang memiliki batas kekuatan.
"Jika beban yang dialami oleh tulang melebihi batas kekuatannya, maka yang akan terjadi adalah tulang akan mengalami kerusakan berupa keretakan atau patah," jelasnya.
2. Frekuensi Olahraga
"Jika kita melakukan olahraga secara rutin tentunya tulang akan semakin kuat dibandingkan jika olahraga hanya sesekali. Tapi, hindari olahraga yang berlebih lebihan," kata dr. Asep Santoso, SpOT (K), M.Kes.
3. Disiplin Pakai Alat Pelindung
Beberapa olahraga ekstrim memerlukan pelindung khusus untuk melindungi tulang-tulang yang menonjol atau sendi. Semisal Finger Tab, Arm Guard, Head Guard, Gloves, Body Protector, Leg Guard, hingga Knee Pads.
"Jika kaidah tersebut tidak diikuti maka dengan melakukan olahraga tersebut yang terjadi adalah akan meningkatkan risiko cedera pada tulang," kata dr. Asep.
Agar terhindar dari cedera saat melakukan extreme sport, Nicolaas memiliki beberapa tips untuk Anda.
a. Jangan melakukan olahraga ekstrim jika diketahui telah memiliki penyakit tulang tertentu
b. Olahraga ekstrim tidak disarankan bagi anak-anak dan usia lanjut.
c. Pilih olahraga yang resiko cederanya paling rendah
d. Pilih olahraga yang kegiatannya meliputi kegiatan menumpu berat badan (weight bearing activity).
e. Patuhi segala peraturan proteksi tubuh dan sport rule-nya.
f. Beberapa olahraga memerlukan sertifikasi khusus sebelum melakukan olahraga tersebut.
g. Hindari melakukan gravity loading atau jumping yang terlalu tinggi yang meningkatkan risiko cedera tulang. Kecuali Anda memang seorang altet yang berlatih secara intensif dan telah memperkuat diri untuk mencatatkan jumping yang tinggi.
Selain itu semua, Nicolaas mengingatkan para pecinta olahraga ekstrim harus menjaga kesehatan tulang dan sendi dengan mengkonsumsi nutrisi yang baik dan menghindari rokok serta minuman beralkohol.
Terakhir, Nicolaas mengatakan bahwa para pecinta olahraga ekstrim juga harus bisa enjoy dan menikmati melakukan olahraga ekstrim.
"Olahraga ekstrim dapat dikategorikan sebagai olahraga untuk kesehatan, prestasi atau fun. Jadi Anda juga harus fun dan enjoy saat melakukannya," kata Nicolaas.
Artikel ini bekerja sama dengan Nicolaas Budhiparama, MD., PhD., SpOT(K) dari Nicolaas Institute of Constructive Orthopedic Research & Education Foundation for Arthroplasty & Sports Medicine. www.dokternicolaas.com, dan Instagram @nicolaasmdphd