Sukses

Memasuki Pra Remaja Emosi Anak Mudah Meledak, Apa Penyebabnya?

Kerap marah dan mengamuk, mengapa anak pra remaja emosinya mudah meledak?

Liputan6.com, Jakarta Tween atau pra remaja itu berusia sekitar 9-11 tahun. Di usia ini mereka bukan anak kecil lagi tapi belum juga remaja. Ketika berada di usia ini banyak orangtua yang merasakan perubahan emosi anak menjadi lebih tinggi.

Orangtua mungkin akan kaget dengan ledakan emosi anak pra remaja. Mereka bisa berteriak, membanting barang atau mengamuk untuk hal kecil yang sebenarnya bisa diatasi.

"Mungkin terlihat kemarahan, tekanan balik dan peningkatan kecemasan pada usia ini. Anak mulai meninggalkan dunia yang sebelumnya dan memasuki masa peralihan dan kerap diminta untuk berpikir dan bertindak seperti orang dewasa," kata Jennifer Kolari, seorang terapis keluarga di Toronto, dikutip dari Today Parents

Masa puber sudah mulai terjadi di usia ini, yang dapat menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa anak. Hormon juga mulai membanjiri tubuh, memengaruhi suasana hati dan kualitas tidurnya.

Sekolah dan kegiatan sosial dapat menambah tekanan. Ditambah lagi anak-anak zaman sekarang menghabiskan lebih banyak waktu di layar daripada yang seharusnya.

"Layar, khususnya video game, dan anak-anak mendapat dopamin terus-menerus, membuat mereka lebih mudah marah," kata Kolari.

.

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Perhatikan Kebutuhan Anak dan Bila Perlu Cari Bantuan

Julie Romanowski, pakar pengasuhan anak di Vancouver, meminta para orangtua harus tetap memperhatikan kebutuhan anak.  Mulai dengan kebutuhan dasar seperti cukup tidur dan makan makanan sehat serta makanan ringan secara teratur.

Buat juga jadwal yang jelas untuk screen time, waktu tidur, pekerjaan rumah. Akan lebih baik jika jadwal dibuat dengan melibatkan anak agar ia merasa opininya dianggap. Ini akan sangat baik perkembangan emosinya.

Jika mendapati anak sering marah dan kemarahan ini memengaruhi hubungan di rumah atau dengan teman sebaya, mungkin inilah saatnya mencari bantuan dari luar. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan gurunya di sekolah atau psikolog.

Bisa jadi ada situasi yang tak bisa diceritakannya pada orangtua dan ia membutuhkan pihak lain yang lebih netral. Satu yang pasti, pastikan orangtua selalu di sampingnya, apapun keadaannya.

Penulis: Mutia Nugraheni/Dream.co.id