Sukses

Mudah Busuk, Pemprov Jabar Ganti Bansos COVID-19 dari Telur Menjadi Susu

Penerima bansos COVID-19 banyak yang menerima telur dalam kondisi busuk. Terkait laporan itu, pemprov bakal mengganti dengan susu.

Liputan6.com, Bandu Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana mengganti telur dengan susu yang dibagikan dalam paket bantuan sosial (Bansos) dampak COVID-19 pada tahap selanjutnya. Perubahan ini dilakukan karena keluhan penerima bansos yang mendapatkan telur dalam kondisi busuk.

Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, nantinya pemerintah akan membeli susu ke koperasi dan KUKM di daerah untuk mengganti bansos protein selain telur. Kamil menjelaskan adanya telur dalam paket bansos itu, sebelumnya telah disepakati dengan anggota DPR Jawa Barat dalam bantuan terdapat uang tunai Rp 150 ribu dan Rp 350 ribu dalam bentuk sembako.

“Kita juga akan belajar, jangan sampai pilihannya memperumit lagi. Misalkannya durasi kedaluwarsa atau apanya. Nah ini belum diputuskan apakah ini bentuknya bubuk, apakah cair, apakah yang sudah siap diminum kan begitu ya. Tapi apapun itu bentuknya, sudah kita putuskan itu susu,” ujar Kamil dalam keterangan resminya ditulis Rabu, 30 Juni 2020.

Kamil menjelaskan keputusan dipilihnya susu sebagai pengganti telur dalam bansos COVID-19, merupakan hasil konsultasi dari para ahli gizi. Berdasarkan aturan soal bansos, bahwa jika salah satu jenis bantuan yang hendak diganti harus memiliki kriteria yang serupa.

Namun, secara teknis dalam pemilihan jenis susu yang hendak disalurkan kepada penerima bansos COVID-19, Kamil mengaku akan dibicarakan lebih lanjut. 

“Bahwa teknisnya nanti, belum kita putuskan 100 persen. Selain susu, bansos yang sekarang ditambah dengan bantuan masker lima lembar,” kata Kamil.

 

2 dari 2 halaman

Bansos Masker

Bantuan masker itu dimasukkan dalam paket bansos COVID-19. Pemberian ini dilakukan karena masih banyak anak- anak yang tidak memakai masker saat berkegiatan di luar rumah. Kamil mengaku melihat sendiri kejadian tersebut.

Kamil menerangkan pemakaian masker kepada kelompok anak sangat diperlukan. Gunanya untuk mempercepat adaptasi kebiasaan baru (AKB) yang kini diterapkan.

“Saya lihat banyak orangtua yang kurang paham mendidik anak-anaknya dalam menggunakan masker. Bagaimana nanti bisa membuka sekolah apabila orang tuanya tidak mendidik anaknya menggunakan masker. Kalau susah ya minimal memakai face shiled,” sebut Kamil.