Sukses

China Izinkan Penggunaan Vaksin COVID-19 Buatan CanSino untuk Militer

Kandidat vaksin COVID-19 ini menjadi yang pertama digunakan oleh angkatan bersenjata negara di dunia

Liputan6.com, Jakarta China menyetujui diberikannya vaksin eksperimental untuk COVID-19 terhadap pasukan militernya. Ini menjadikannya sebagai kandidat vaksin virus corona pertama yang digunakan pada angkatan bersenjata di dunia.

Vaksin bernama Ad5-nCoV ini dikembangkan oleh Academy of Military Medical Sciences bersama dengan perusahaan farmasi CanSino Biologics di Sanjin.

Dilaporkan South China Morning Post, dikutip Rabu (1/7/2020), CanSino pada Senin lalu mengatakan bahwa kandidat vaksin COVID-19 itu telah melewati dua fase uji klinis. Hasilnya disebut aman dan memiliki respon imun yang relatif tinggi terhadap antigen.

Meski belum dimulau uji klinis fase ketiga untuk mengonfirmasi efektivitas vaksin untuk melindungi seseorang dari infeksi, penggunaannya untuk militer Tiongkok sudah diperbolehkan untuk satu tahun. Namun, vaksin ini belum boleh digunakan untuk warga sipil.

"Ad5-nCoV saat ini terbatas pada penggunaan militer saja dan penggunaannya tidak boleh diperluas ke cakupan vaksinasi yang lebih luas tanpa persetujuan Logistics Support Department," kata CanSino dikutip dari New York Post.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Pengembangan Vaksin di China

China dilaporkan telah memiliki delapan kandidat vaksin COVID-19 yang sudah diperbolehkan melakukan uji klinis. Ad5-nCoV merupakan salah satunya.

Vaksin ini dikembangkan berdasarkan vaksin Ebola yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Academy of Military Medical Sciences yang dipimpin oleh Mayor General Chen Wei.

CanSino mengatakan bahwa uji coba fase dua telah selesai pada 11 Juni lalu. Namun, mereka belum merilis hasil penelitian tersebut.

Data dari fase pertama telah diterbitkan di jurnal The Lancet pada Mei lalu. Di situ mereka melaporkan bahwa Ad5-nCoV menjadi kandidat vaksin COVID-19 yang berpotensi melakukan penelitian lebih lanjut.

CanSino juga mengungkapkan bahwa mereka telah sepakat dengan pemerintah Kanada untuk melakukan uji klinis fase ketiga di negara tersebut. Namun, belum ada laporan lanjutan soal hal ini.

Mereka mengatakan bahwa apabila studi mereka sukses, maka mereka siap untuk memproduksi 100 juta dosis vaksin.