Sukses

Rapid Test Buatan Dalam Negeri, Hasil Keluar 15 Menit

Rapid test RI-GHA COVID-19 berdesain sederhana ini diklaim dapat mendeteksi dengan cepat dan hasilnya dapat diperoleh langsung dalam 10-15 menit.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia telah mampu memproduksi alat tes cepat atau rapid test bernama RI-GHA COVID-19. Alat berdesain sederhana ini diklaim dapat mendeteksi dengan cepat dan hasilnya dapat diperoleh dalam 10-15 menit.

"Deteksi cepat, hasil dapat langsung diperoleh dalam 10-15 menit tanpa membutuhkan alat tambahan atau tenaga terlatih," seperti tertulis dalam brosur rapid test ini.

Alat uji ini juga fleksibel bisa menggunakan sampel darah kapiler, serum, plasma atau whole blood untuk mendeteksi orang tanpa gejala, orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan pascainfeksi COVID-19.

Dalam peluncuran rapid test RI-GHA COVID-19 pada Kamis, 9 Juli 2020 di Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan kehadiran produk rapid test ini memang mendesak di tengah pandemi COVID-19 ini.

"Salah satu peranti yang sangat mendesak saat ini ialah rapid test dan kegiatan ini dalam upaya kita menanggulangi COVID-19 terutama yang berkaitan dengan masalah alat-alat dan peranti yang diperlukan itu," kata Muhadjir mengutip laman Antara.

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Tidak Tergantung Produk Luar

Kehadiran rapid test RI-GHA COVID-19 merupakan pengembangan bersama yang dilakukan oleh Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT), Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Institut Teknologi Bandung, Universitas Mataram, dan PT Hepatika Mataram seperti mengutip rilis dari Kemenko PMK.

Saat ini, Kemenristek melalui BPPT memiliki dua mitra untuk memproduksi rapid test, yaitu PT Hepatika Bumi Gora Mataram dan Laboratorium Prodia.

Produk yang dibanderol dengan harga Rp75 ribu belum termasuk pajak itu, menurut Muhadjir, mampu bersaing di pasaran. Dengan kehadiran produk ini membuat Indonesia tidak tergantung dengan produk dari luar negeri.

"Tentu saja kita harus mendukung karya anak bangsa. Kita dorong agar produk dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri kita tanpa harus tergantung produk dari luar," kata Muhadjir. 

"Perlu ada revolusi mental untuk kita bangga dengan produk dalam negeri kita sendiri, kita mencintai produk dalam negeri kita sendiri, dan kita bisa menggunakan secara penuh dengan percaya diri dengan produk dalam negeri."