Sukses

Sering Kena Bully, Komika Mo Sidik Belajar Menerima Diri dengan Stand Up Comedy

Komika Mo Sidik mengatakan, dengan berkomedi, seseorang berarti menerima juga kekurangan yang dialaminya

Liputan6.com, Jakarta Komika Mo Sidik memiliki cara unik dalam menghadapi perundungan atau bullying yaitu dengan melakukan stand up comedy atau komedi tunggal yang saat ini sudah menjadi pekerjaannya dan melambungkan namanya.

Mo Sidik mengatakan bahwa sejak kecil hingga saat ini, dirinya kerap mengalami bullying karena tubuhnya yang besar.

"Tukang bully itu akan merasa berhasil ketika ada reaksi," ujarnya dalam sebuah seminar daring yang diadakan pada Jumat (10/7/2020). Menurutnya, perundung sesungguhnya melakukan aksinya dengan menyasar pada rasa percaya diri seseorang.

"Stand up comedy itu salah satu aturan yang menurut saya dasar bagi diri saya adalah acceptance (penerimaan). Lu menerima dulu diri lu apa adanya," kata pria yang memulai karirnya sebagai penyiar radio itu.

Menurutnya, banyak komika yang memiliki kekurangan namun menjadikan itu sebagai bagian dalam materi komedinya. Mo Sidik mengatakan, dari situ, para perundung mereka malah enggan untuk melakukan perundungan karena merasa bahwa korbannya sudah mampu menerima diri mereka sendiri.

Ia mengatakan, celaan yang ia terima dari orang lain bahkan seringkali dicatat untuk disalurkannya menjadi sebuah materi berkomedi.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Jadikan Masukan

Bagi mereka yang sering melakukan bullying, berkomedi juga bisa menjadi cara yang lebih baik ketimbang melakukan aksi perundungan. Mo Sidik mengatakan bahwa stand up comedy sendiri sesungguhnya berasal dari kemarahan.

"Ketika itu diungkapkan di komedi, kemarahan itu bisa tersalurkan melalui materi yang baik dan malah menghibur orang lain," kata Mo Sidik. "Apa pun emosinya, semua itu ketika dituangkan dalam materi, itu akan menjadi sesuatu yang sangat powerful. Karena itu cuma kamu yang punya."

Astrid Wen, psikolog dari PION Clinician mengatakan bahwa dampak perundungan bisa berlangsung lama. Untuk mencegahnya yang terjadi pada seseorang yang bisa dilakukan pertama kali adalah berani berfokus pada tujuan dan kelebihan.

"Kalau itu kekerasan verbal, cek apakah berdasarkan fakta. Kalau dibilang jelek, cek apakah mungkin saya harus cuci muka, harus pakai baju yang bersih. Jadikan saja masukan yang berguna untuk memperbaiki diri," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

"Kalau itu hanya label-label tanpa fakta, tidak usah dimasukkan. Jangan memberikan bibit label negatif tumbuh dalam diri kita," katanya. "Kalau mereka sudah mengatakan 'bego lu' itu tolak saja, karena itu tidak berdasarkan fakta."