Sukses

Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Kasus COVID-19 Secapa AD

Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) di kawasan Hegarmanah, Kota Bandung, Jawa Barat menjadi klaster baru penularan Corona COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) Kota Bandung, Jawa Barat menjadi klaster baru penularan Corona COVID-19. Ada 1.280 orang yang terinfeksi, terdiri dari 991 siswa dan 289 staf dan anggota keluarganya.

Menanggapi kasus ini, Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah menyebutkan ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik.

“Pertama ketika ada orang banyak berkumpul dalam satu tempat, satu waktu, dan apakah sirkulasi udaranya baik atau tidak ini dapat memengaruhi laju penularan,” kata Dewi dalam konferensi pers BNPB, Rabu (15/7/2020).

Dalam keadaan seperti demikian, tambahnya, jika ada satu orang terinfeksi maka akan dengan cepat menyebar. Lingkungan asrama dan pondok pesantren akan memiliki kondisi yang mirip dengan Secapa AD.

“Yang kedua, kalau dari hasil pemeriksaan, semua yang diperiksa itu 1.262 positif dan hanya 17 yang dirawat dengan gejala ringan.”

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Pentingnya Isolasi Mandiri

Dewi mengatakan, kebanyakan orang yang terinfeksi di Secapa adalah anak-anak muda dengan daya tahan tubuh yang baik. Maka tidak heran yang dirawat hanya 17 orang itu pun hanya gejala ringan. Maka dari itu memiliki daya tahan tubuh yang bagus penting sekali di masa pandemi. 

“Daya tahan tubuh ini penting bagi kita semua jika ingin mengalahkan penyakit ini," katanya.

Pelajaran ketiga adalah bahwa orang tidak bergejala bisa menularkan karena tidak sadar telah terinfeksi. 

Pelajaran keempat adalah pentingnya isolasi. Setelah melakukan pemeriksaan COVID-19 pada beberapa orang, pihak Secapa melakukan langkah pemeriksaan menyeluruh sehingga kasus dapat diketahui dan penanganan tepat pun bisa segera dilakukan.

“Ketika sudah menemukan kasus, isolasi mandiri itu penting sekali. Meskipun tidak ada gejala atau gejalanya ringan, isolasi mandiri dan mobilitas untuk keluar masuk itu sangat dibatasi karena risikonya tinggi ketika bertemu kelompok rentan.”