Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu warganet dihebohkan dengan kehamilan kilat seorang warga Tasikmalaya, Jawa Barat. Heni (30) mengaku tidak sadar bila dirinya tengah hamil selama sembilan bulan. Ia baru merasakan gejala kehamilan sekitar 1,5 jam sebelum melahirkan.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Mitra Keluarga, Boy Abidin, membantah adanya kehamilan kilat. Boy melihat bahwa sebenarnya fenomena yang disebut-sebut kehamilan kilat itu merupakan kehamilan normal. Ia yakin bila Heni menjalani kehamilan selama sembilan bulan seperti ibu-ibu hamil lainnya. Bedanya adalah Heni tidak merasakannya.
Baca Juga
“Tidak ada kehamilan kilat selama satu jam. Pastinya proses kehamilannya berlangsung normal antara 37-40 minggu karena berat dan panjang anaknya normal. Mungkin sang ibu tidak sadar bila dia sedang hamil,” kata Boy.
Advertisement
Kehamilan yang tidak disadari, kata Boy, biasanya terjadi pada wanita yang baru saja melahirkan. Sang ibu masih menyusui bayi dan sudah aktif melakukan hubungan intim. Pada kondisi seperti ini tidak menggunakan alat kontrasepsi karena dianggap menyusui bisa mencegah kehamilan.
“Biasanya terjadi pada wanita yang baru melahirkan. Masih harus menyusui tapi lupa menggunakan alat kontrasepsi. Maka terjadi kehamilan,” tutur Boy.
Saksikan juga video berikut
Tidak Merasakan Pergerakan Janin
Normalnya ibu hamil merasakan pergerakan janin dalam perutnya, tapi ada sebagian orang yang tidak bisa merasakannya. Janin tetap tumbuh dan berkembang secara normal, namun pergerakannya tidak bisa dirasakan oleh sang ibu.
“Bisa saja letak plasentanya di dinding depan, dari rahim. Sehingga menutupi janin. Hal ini membuat para ibu tidak merasakan adanya pergerakan janin,” jelas Boy.
Selanjutnya, ada juga wanita yang tidak sadar akan kehamilannya karena siklus haid yang tidak teratur. Bila Heni merasa bahwa ia tengah menstruasi saat melahirkan, Boy memprediksi bahwa darah yang Heni keluarkan bukanlah darah haid.
“Kemungkinan bukan darah haid, tapi itu darah dari luka di daerah serviks atau bisa saja itu polip di daerah serviks yang menyerupai darah haid,” kata pria yang juga pembawa acara kesehatan di televisi ini.
Serviks merupakan leher rahim yang menghubungkan vagina dengan rahim. Sebelum hamil, serviks normalnya tertutup dan kaku. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, serviks perlahan akan melembut dan memendek hingga akhirnya terbuka untuk persiapan melahirkan. Bukaan serviks inilah yang memungkinkan bayi keluar untuk dilahirkan.
Polip pada serviks di masa kehamilan, seperti yang Boy duga dialami oleh Heni, memang mudah sekali menyebabkan perdarahan. Pasalnya, jaringan yang tumbuh tersebut mengandung lebih banyak pembuluh darah dan kondisinya lebih rapuh. Bila terjadi gesekan atau infeksi pada polip, biasanya akan muncul bercak darah.
Umumnya, polip tidak perlu diangkat karena dianggap tidak berbahaya. Namun, jika harus diangkat, biasanya akan dilakukan dengan tindakan kuret, yang sebenarnya malah berisiko, karena dapat menimbulkan perdarahan yang sulit diatasi. Oleh karena itu, penanganan polip rahim biasanya baru akan dilakukan bersamaan dengan proses persalinan.
Selanjutnya, Boy menduga bila Heni mengalami forced pregnancy atau pseudosiesis. Istilah yang lebih dikenal adalah cryptic pregnancy. Prosesnya sebenarnya berlangsung normal, hanya saja tidak bisa disadari.
“Cryptic pregnancy biasanya terjadi pada wanita-wanita yang menolak kehamilan. Mereka tidak siap untuk hamil. Mereka bahkan yakin betul bahwa mereka tidak hamil, kemudian kehamilan itu terus berkembang secara alami tanpa ia sadari,” ujarnya.
Sebagai penutup, Boy juga menyebutkan bila berat badan yang berlebih juga menjadi penyebab kehamilan yang tidak disadari.
Reporter: Rifa Yusya Adilah
Sumber: Merdeka.com
Advertisement