Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI bersama beberapa kementerian tengah melakukan kajian tentang rencana sekolah di luar zona hijau, khususnya zona kuning, buka kembali.
Jika pemerintah memutuskan membuka aktivitas belajar mengajar di luar zona hijau, keputusan ini memiliki risiko penularan COVID-19 yang terlalu besar seperti disampaikan pakar kesehatan lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Dr. R. Budi Haryanto, SKM., M.Kes., M.Sc.
Baca Juga
Ia menegaskan, jangankan di zona kuning, di zona hijau pun penularan bisa terjadi karena adanya mobilitas. Orang dari zona hijau bisa terpapar oleh orang yang berasal dari zona selain hijau.
Advertisement
Sekitar 55 hingga 65 persen pembawa virus adalah orang tanpa gejala. Jika sekolah dibuka dalam waktu dekat, maka tidak ada yang bisa menjamin keamanan murid dan guru.
“Ini masih berat, sekarang kita lihat sekolah SD,SMP, SMA, sampai perguruan tinggi kalau di sekolah siapa yang bisa ngatur jarak? Bertemu teman, berinteraksi, bahkan kalau di level SD bisa kejar-kejaran dengan teman ngos-ngosan,” katanya kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Rabu (29/7/2020).
Penularan COVID-19 di sekolah sangat mungkin terjadi karena setiap anak berangkat dari tempat berbeda dan dengan kendaraan berbeda pula. Para siswa berpotensi terpapar virus dari berbagai sumber bisa di perjalanan atau dari keluarga di rumah.
“Kemudian mereka bertemu di sekolah dan berinteraksi. Belum tentu mereka mengenakan masker dengan benar, jaga jarak, dan sebagainya. Risikonya terlalu besar untuk terjadi penularan di sekolah kalau masih di situasi sekarang.”
Simak Video Berikut Ini:
Siapa Pun Bisa Menularkan
Budi juga menyampaikan, pelonggaran yang telah diterapkan juga menambah potensi penularan di luar dan meningkatkan jumlah orang tanpa gejala. Selain murid yang bisa menularkan, guru, tukang kebun, atau staf lain pun sangat mungkin.
Hal ini juga berlaku jika sistem penjadwalan dan pembatasan siswa di dalam kelas dibatasi. Pembatasan seperti ini pun belum tentu bisa menjamin semua pihak mematuhi protokol kesehatan.
“Sistem shifting itu apa bisa menjamin bahwa jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan benar-benar diterapkan? Apa protokol kesehatan bisa diterapkan dengan tegas?”
“Sampai sekarang ini kenyataannya dengan berbagai pelonggaran-pelonggaran yang terjadi, meskipun semuanya disarankan pakai protokol kesehatan tapi kasus naik terus. Kalau tidak ada ketegasan, protokol kesehatan dilanggar.”
Advertisement