Sukses

Jangan Takut Periksa, Kini Teknik Penanganan Saraf Terjepit Lebih Aman dan Cepat

Perkembangan teknologi kedokteran di hampir semua lini saat ini mengarah ke teknik minimal invasive. Demikian juga dengan teknik operasi dan penanganan pada kasus saraf terjepit.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit saraf terjepit bisa dialami siapa saja dan bisa dirasakan berbagai latar belakang pekerjaan. Mereka yang kerap mengangkat beban berat memang lebih berpotensi, tapi berdasarkan penelitian, orang yang mengendarai sepeda motor juga beresiko besar lho.    

Anda yang pekerja kantoran dan memiliki kebiasaan duduk tidak sehat juga punya potensi terkena saraf terjepit. Masalah saraf terjepit tentu tidak boleh dianggap remeh. Karena dari keluhan yang ringan tak hanya mengganggu aktivitas, tapi jika dibiarkan lama-lama bisa berakibat fatal.

Bagaimana cara mengetahui gejala dan tindakan yang perlu diambil untuk mengatasi masalah saraf terjepit? Simak penjelasan berikut ini.

Gejala saraf terjepit atau yang dikenal juga HNP (Herniated Nucleus Pulposus) yang paling sering terjadi adalah munculnya rasa nyeri. Lokasi paling sering terjadinya saraf terjepit adalah di bagian pinggang (lumbal), leher (cervical) dan terakhir paling jarang adalah bagian punggung (thoracal). Keluhan pasien bermacam-macam dapat berupa kesemutan yang menjalar ke tangan atau kaki, nyeri leher atau pinggang, kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak, ataupun sulit menahan buang air besar atau kecil.

2 dari 4 halaman

Gangguan saraf terjepit di pinggang atau lumbal

80% dari kondisi nyeri pinggang (Low Back Pain/LBP) disebabkan oleh masalah di otot pinggang dan dapat ditangani secara konservatif atau tanpa operasi, yang meliputi istirahat, obat, fisioterapi hingga akupuntur. Namun, Anda harus memberi batas waktu terapi konservatif tersebut, jika tidak ada perbaikan nyeri dalam waktu 6-8 minggu, harus dicari masalah lainnya disamping masalah otot.

Teknik Penanganan Saraf Terjepit Bagian Pinggang/Lumbal

Perkembangan teknologi kedokteran di hampir semua lini saat ini mengarah ke teknik minimal invasive. Demikian juga dengan teknik operasi pada kasus-kasus tulang belakang seperti HNP. Walaupun teknik operasi mikrodisektomi untuk kasus HNP tetap merupakan gold standard, namun saat ini berkembang teknik yang dinamakan Percutaneous Endoscopic Lumbal Discectomy (PELD).

PELD merupakan suatu teknik operasi saraf terjepit, dimana dapat dilakukan dengan bius lokal, hanya memerlukan sayatan sebesar 8mm, dapat dilakukan secara one day care/tanpa rawat inap, waktu operasi 20-40 menit, tidak perlu pemasangan alat implan dan perdarahan yang ditimbulkan sangat minimal.

Pengerjaannya dilakukan dengan bantuan lensa dan monitor, sehingga saraf terlihat jelas dan dapat dihindari dari cedera. Dengan luka sayatan hanya 8mm, teknik PELD memberikan beberapa keuntungan antara lain pasien akan minimal merasakan nyeri pasca operasi, dapat langsung mobilisasi jalan setelah operasi, sehingga pasien dapat lebih cepat untuk kembali beraktifitas atau bekerja.

Perlu Anda ketahui bahwa level yang sering terkena saraf terjepit pada daerah lumbal adalah level L45 dan L5S1, itu sudah tidak dijumpai saraf yang menggerakkan otot paha dan lutut. Sehingga secara teoritis pun hampir tidak mungkin terjadi kelumpuhan setengah badan bawah seperti yang ditakutkan pasien pada umumnya. Dengan indikasi yang tepat serta teknik pengerjaan yang baik, angka keberhasilan operasi PELD dapat mencapai 98%.

 

3 dari 4 halaman

Gangguan saraf terjepit di bagian leher atau cervical

Posisi leher yang salah saat menggunakan laptop atau komputer juga dapat memicu terjadinya nyeri pada tengkuk atau leher serta kesemutan yang menjalar dari bahu hingga tangan yang terkadang dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada tahap jepitan yang lebih lanjut, dapat ditemukan keluhan myelopathy meliputi gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi gerak halus (seperti mengancing baju, menggunakan sendok, sering menjatuhkan barang), hingga kelumpuhan.

Secara garis besar penanganan saraf terjepit bagian leher atau cervical meliputi terapi konservatif (tanpa operasi) atau operasi. Terapi konservatif harus diusahakan terlebih dahulu selama 4-6 minggu, karena 80% gejala HNP cervical dapat hilang dengan terapi konservatif yang meliputi obat, fisioterapi, akupuntur, injeksi, dan perbaikan posisi kerja. Namun 20% kasus HNP cervical perlu tindakan operasi.

4 dari 4 halaman

Percutaneous Endoscopic Cervical Decompression (PECD)

Indikasi operasi pada kasus HNP cervical antara lain jika terapi konservatif sudah gagal, nyeri yang ditimbulkan sangat hebat sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari, sudah terjadi kelemahan anggota gerak atas, dan/atau terdapat gejala myelopathy.

Pilihan operasi pada HNP cervical bermacam-macam. Saat ini dengan perkembangan teknologi kedokteran, operasi HNP cervical dapat dilakukan dengan teknik endoskopi yang disebut dengan Percutaneous Endoscopic Cervical Decompression (PECD), yang dapat dilakukan dari depan leher (anterior) ataupun dari belakang leher (posterior) tergantung lokasi tonjolan bantalan sendi.

Tehnik PECD merupakan teknik minimal invasive yang hanya memerlukan sayatan kecil sekitar 6 mm, menggunakan alat endoskopi berupa tabung yang dihubungkan dengan kamera dan monitor, sehingga saraf dapat terlihat sangat jelas, waktu operasi singkat sekitar 30 menit, dapat dilakukan secara one day care atau tanpa rawat inap, dan waktu untuk kembali beraktivitas kembali sangatlah singkat.

Dengan teknik operasi PELD dan PECD, pasien yang mengalami saraf terjepit maupun nyeri pinggang dan leher akut kini tak perlu khawatir. Dengan indikasi yang tepat serta teknik pengerjaan yang baik, resiko dapat diminimalisir.

Untuk pengobatan syaraf terjepit atau HNP, Anda dapat mengunjungi RS EMC Tangerang. Tindakan operasi nantinya akan ditangani Dokter Orthopedi & Traumatologi Konsultan Bedah Tulang Belakang, salah satunya adalah dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K)Spine.

Informasi dan jadwal konsultasi Anda dapat langsung menghubungi Ekha (0878 8989 0102) Call/SMS/WA.