Liputan6.com, Jakarta Tanda-tanda seseorang memiliki fetish berkaitan dengan fantasi seks terhadap benda-benda non seksual maupun mati. Dari fantasi seks tersebut timbul rangsangan seksual, yang berujung pada kepuasan seksual.
Psikolog John M Grohol menjelaskan, fetish melibatkan erotisasi terhadap benda mati atau bagian tubuh non seksual untuk kepuasan seksual. Benda-benda mati yang paling umum dan bisa membuat seseorang fetish, yakni celana dalam wanita, bra, stoking, sepatu, dan sepatu bot.
Advertisement
"Tidak jarang bagi fetish seksual untuk memasukkan (mengenakan) benda mati, misal pakai kaki kotor. Perilaku fetish juga termasuk memegang, mencicipi, menggosok, memasukkan atau mencium benda-benda mati,"jelas Joh, dikutip dari PsychCentral, Kamis (30/7/2020).
"Seseorang yang fetish ini juga lebih suka kalau pasangannya memakai atau menggunakan benda-benda itu (yang membuat individu fetish terangsang) selama berhubungan intim."
Orang dengan fetishisme sering melakukan masturbasi sambil memegang, menggosok atau mencium benda fetish atau meminta pasangan seksual untuk mengenakan objek (benda) tersebut. Jika tidak ada benda yang membuat terangsang, maka seseorang yang fetish mungkin tidak bergairah dan terangsang.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Bagian Tubuh Non Seksual
John menambahkan ada beberapa gejala khusus seseorang fetish. Selama setidaknya enam bulan, individu mengalami fantasi seksual yang berulang, intens, dorongan seksual atau perilaku yang melibatkan penggunaan benda mati, misal pakaian dalam wanita.
Objek fetish rupanya tidak hanya pada benda-benda non seksual, melainkan bagian tubuh yang juga non seksual. Hal ini disampaikan seksolog Zoya Amirin.
"Fetish adalah penyimpangan perilaku seksual, yang mana seorang individu merasa terangsang dengan bagian tubuh non-seksual maupun benda-benda mati. Untuk fetish yang terangsang pada benda-benda mati, seperti celana dalam, selimut bayi, kaos kaki, baju," ungkap Zoya dalam unggahan di akun Youtube pribadinya.
"Contoh bagian tubuh non-seksual itu ketiak, jempol, kaki, pusar, dan jari-jari tangan."
Advertisement
Ketika Pasangan Alami Fetish
Lantas bagaimana bila salah satu pasangan ada yang fetish? Zoya menerangkan, seseorang yang mengalami fetish banyak yang mungkin tidak merasa dirinya fetish.
"Namun, ketika pasangannya memakai high heels, dia jadi terangsang. Nah, itu termasuk fetish," terangnya.
"Awalnya, Anda merasa aneh melihat pasangan terangsang dengan high heels atau jempol kaki. Tetapi selama itu (perilaku fetish) tidak membahayakan nyawa dan tidak melukai kamu ya enggak apa-apa."
Menurut Zoya, ketika pasangan fetish, Anda dapat perlahan-lahan menjalaninya.
"Ya, kalau hubungan seksnya enggak pakai selimut bayi, terus si dia enggak bisa nafsu atau enggak bisa bersenggama kalau enggak pakai kaos kaki. Ya, nikmatin aja. Awalnya, mungkin aneh. Tapi lakukan saja, jalanin," imbuhnya.
Fetish yang tidak lazim, lanjut Zoya, saat individu cukup pegang sepatu atau kaos kaki, lalu terangsang.
Terapis seks asal Amerika Serikat ian Kerner mengatakan, sebagian orang dengan fetish mencari pasangan yang menerima kondisinya yang seperti itu. Sementara, bila sudah menjadi pasangan dari orang dengan fetish, ada yang mencari bantuan konseling dari profesional karena perilaku seks tersebut mengganggu kehidupan seksualnya.
Ada juga orang dengan fetish yang melakukan terapi cognitive behavioral yakni cara untuk menghindari agar tidak terangsang pada benda-benda mati atau non seksual itu seperti dikutip Greatist.
"Jika kondisi itu menjadi obsesif, mencari bantuan dari pihak profesional diperlukan," kata Kerner.