Sukses

COVID-19 Berdampak pada Kesehatan Mental Anak, Pahami Gejalanya

COVID-19 dapat menyebabkan berbagai dampak pada anak termasuk mengganggu kesehatan mental.

Liputan6.com, Jakarta - Ali Aulia Ramly Spesialis Perlindungan Anak UNICEF menerangkan bahwa COVID-19 dapat menyebabkan berbagai dampak pada anak, termasuk mengganggu kesehatan mental anak.

“Ada dampak langsung terkait kesehatan ada juga dampak sekunder misalnya perubahan dalam pola pengasuhan,” ujar Ali dalam webminar Kementerian Kesehatan, Rabu (5/8/2020).

Pola asuh yang berbeda disebabkan anak-anak yang mulai belajar dari rumah dengan adanya berbagai gangguan pelayanan. Situasi yang berubah juga bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental anak.

“Ini bisa disebabkan berbagai hal, salah satunya tekanan ekonomi orangtua yang menyebabkan anak-anak kepikiran. Risiko kekerasan juga dapat meningkat terutama di keluarga yang memiliki kondisi buruk.”

Selain itu, tidak bisa bertemu teman, terbatasnya kegiatan di rumah, hingga terpaan berbagai informasi juga turut berkontribusi dalam mengganggu kesehatan mental anak.

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Pahami Gejala

Ada beberapa gejala gangguan kesehatan mental pada anak, kata Ali. Dalam hal ini, orangtua perlu memahami berbagai gejala yang dapat terlihat pada perilaku anak.

Berbagai gejala tersebut di antaranya:

  • Menjadi lebih banyak diam atau termenung.
  • Kehilangan semangat atau menjadi lebih aktif.
  • Mudah marah.
  • Lebih banyak tidur, atau sebaliknya menjadi sulit tidur.
  • Kehilangan nafsu makan.

“Yang tidak kalah penting adalah memerhatikan apakah ada gejala-gejala fisik yang tidak kita ketahui penyebabnya. Misalnya, anak tiba-tiba flu padahal keluarga di rumah tidak ada yang flu atau makanan yang diberikan dalam keadaan baik tapi anak tiba-tiba diare.”

3 dari 3 halaman

Yang Perlu Dilakukan Orangtua

Dalam mengatasi hal ini, orangtua dapat melakukan berbagai hal guna membantu anak menjaga kesehatan mentalnya. Bisa dimulai dengan membuat struktur atau jadwal kegiatan sehari-hari.

Dengan jadwal kegiatan tersebut, anak akan lebih terarah dan lebih mudah menghindari rasa bosan. Tak lupa, orangtua juga perlu tetap tenang dan mengelola stresnya.

“Jika anak ingin berbicara tentang COVID-19, diskusikan dengan terbuka dan jujur.”

Orangtua juga perlu menyisihkan waktu untuk memberikan perhatian penuh bagi anak disertai pengajaran untuk tetap bersikap dan berperilaku positif.

Jika anak membuat kesalahan, maka disiplin positif perlu diterapkan, tentunya bukan dengan cara hukuman fisik melainkan berdiskusi dengan anak.