Liputan6.com, Jakarta Profesor Herawati Sudoyo, PhD dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menanggapi simpang siur berita bohong terkait pandemi COVID-19 yang beredar. Menurutnya, dalam hal ini sains dan sikap ilmiah diperlukan untuk menghadapi pandemi.
“Untuk melawan hoaks adalah bagaimana ilmuwan bersikap, sains harus digunakan untuk melawan konstruksi ilmiah. Bagaimana cara pandang kita (terhadap) penyebaran penyakit,” ujar Hera dalam webminar Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS), Rabu (5/8/2020).
Baca Juga
“Karena kita saja belum mengetahui banyak tentang virus ini, kita masih memerlukan eksplorasi yang sangat mendalam untuk mengetahui betul-betul karakternya. Kalau karakternya kita tahu, kita bisa menanganinya.”
Advertisement
Ia menambahkan, untuk mengetahui karakteristik virus maka diperlukan studi genomik. Studi ini berfungsi untuk memberikan landasan penatalaksanaan penyakit.
“Kita sedang mempersiapkan suatu kehidupan yang berbeda. Jadi studi genomik ini memengaruhi kehidupan kita di masa depan.”
Menurutnya, semua berita bohong dan komentar menyimpang tentang COVID-19 sebenarnya bisa dijawab seandainya ilmuwan berbicara.
“Saya suka mengutip kata Einstein, bahwa dunia itu tidak akan hancur oleh mereka yang melakukan pekerjaan jahat. Tetapi dunia hancur jika orang-orang yang mengetahui diam saja.”
Ia mengimbau siapapun yang mengetahui ketidakbenaran untuk melakukan sesuatu atau bertindak. Tindakan tersebut bisa berupa pertanyaan kepada ahli atau mencari referensi yang mendukung.
Simak Video Berikut Ini:
Waktunya Ilmuwan Turun
Hera juga menyebutkan beberapa tantangan bagi para ilmuwan di situasi pandemi seperti sekarang ini. Menurutnya, para ilmuwan harus bisa menjawab pernyataan-pernyataan anti sains.
Pertanyaan anti sains tersebut di antaranya terkait ilmuwan Indonesia yang tidak mampu mendeteksi COVID-19 di awal kemunculannya.
“Dulu ada juga pertanyaan, apakah fasilitas dan teknologi Indonesia memadai? Bagaimana pengaruh kekebalan tubuh masyarakat? Bagaimana pengaruh lingkungan? Dan banyak lagi pertanyaan lain, sebetulnya semua pertanyaan ini bisa kita jawab.”
Di masa pandemi ini, tambah Hera, adalah waktunya ilmuwan turun untuk bisa menjawab pertanyaan anti sains.
“Untuk mereka yang biasa bekerja dalam senyap, sekarang kita tidak bisa lagi hidup di dalam senyap tersebut.”
Advertisement