Liputan6.com, Jakarta Profesor Herawati Sudoyo, PhD ilmuwan di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menerangkan tentang perjalanan awal COVID-19.
“Kita tahu sebenarnya semua berawal dari Wuhan tapi kita juga bisa melihat bagaimana masing-masing negara memberikan reaksi yang berbeda-berbeda,” ujar Hera dalam webminar Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS), Rabu (5/8/2020).
Baca Juga
Penyebaran COVID-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus yang belum diketahui itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China. Kemudian, pada 1 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) membuat sebuah tim untuk menghadapi kemungkinan pandemi.
Advertisement
Lalu, pada 4 Januari, WHO melaporkan klaster kasus pneumonia tanpa kematian di Wuhan. Lalu, 5 Januari, WHO mempublikasikan teknikal publikasi untuk komunitas saintifik dan kesehatan serta masyarakat secara global, tambah Hera.
“12 Januari, publikasi sekuens genetik 2019-NCoV oleh China. 9 Januari, kasus kematian pertama di Wuhan. Untuk mengetahui tentang informasi virus ini, sebetulnya kita harus mengikuti hari per hari. Karena setiap hari ada kepustakaan baru yang harus dipelajari.”
Simak Video Berikut Ini:
Laporan WHO
Sebelumnya, WHO telah memperbarui laporan tentang tahap-tahap awal krisis Virus Corona COVID-19. Dalam pembaruan itu, kantor pusat WHO mengaku mendapat laporan pertama adanya kasus Virus Corona baru dari kantor cabang WHO di China.
Laporan itu membantah WHO mendapat informasi pertama kasus COVID-19 dari Pemerintah China.
Melansir laman Japan Times, Senin (6/7/2020), Badan Kesehatan PBB ini dituding Presiden AS Donald Trump gagal memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membendung pandemi Virus Corona COVID-19 namun kemudian dibantah.
Pada 9 April 2020, WHO menerbitkan laporan runtutan awal komunikasinya, sebagai tanggapan terhadap kritik atas respons awal terhadap wabah yang saat itu telah merenggut lebih dari 521.000 jiwa di seluruh dunia.
Dalam kronologi itu, WHO hanya mengatakan bahwa komisi kesehatan kota Wuhan di provinsi Hubei pada 31 Desember melaporkan kasus pneumonia. Namun, badan kesehatan PBB tidak menyebutkan secara spesifik siapa yang telah memberi tahu.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada konferensi pers pada 20 April bahwa laporan pertama datang dari China, tanpa menyebutkan apakah laporan tersebut telah dikirim oleh otoritas China atau sumber lain.
Advertisement
Dugaan WHO
Rabu (5/8/2020) WHO menduga bahwa Wuhan bukan tempat penularan COVID-19 dari hewan ke manusia meskipun klaster pertama wabah itu ditemukan di sana.
"Kota itu memiliki sistem pengawasan khusus atas kasus pneumonia langka. Di sana ada hal yang sangat spesifik karena faktanya peringatan atas suatu peristiwa tidak berarti tempat itu menjadi awal mula penularan penyakit dari hewan ke manusia," kata Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Michael Ryan, dikutip Antara, Rabu.
Penelitian epidemiologis lebih dalam untuk melihat kasus dan klaster pertama di Wuhan perlu melibatkan para ilmuwan di seluruh dunia.