Liputan6.com, Jakarta Penggunaan masker dinilai oleh para pakar kesehatan sebagai salah satu cara untuk mencegah COVID-19. Strategi ini juga diamini oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat (AS).
Kedua organisasi tersebut merekomendasikan penggunaan masker kain, terutama di ruang publik, demi mencegah penyebaran COVID-19. Meski begitu, memang sebelumnya keduanya menyatakan hal yang sebaliknya, di mana hanya orang sakit atau tenaga medis saja yang perlu menggunakan masker.
Baca Juga
George Rutherford, ahli epidemiologi di University of California San Fransisco (UCSF), AS mengatakan bahwa perubahan pedoman tersebut dikarenakan peningkatan prevalensi penyakit, serta pemahaman yang lebih jelas mengenai penularan pra-simptomatik dan asimptomatik.
Advertisement
"Saya pikir hal terbesar dari COVID saat ini, yang membentuk semua panduan mengenai masker, adalah karena kita tidak bisa memberi tahu siapa yang terinfeksi," kata spesialis penyakit menular UCSF Peter Chin-Hong dikutip dari laman resmi universitas tersebut, Kamis (6/8/2020).
"Anda tidak bisa melihat kerumunan dan mengatakan, 'Oh orang itu harus menggunakan masker.' Ada banyak infeksi asimptomatik, sehingga semuanya harus mengenakan masker," Chin-Hong menambahkan.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Menghambat Percikan dari Mulut
Keduanya menjabarkan beberapa hasil studi terkait bagaimana penularan COVID-19 bisa ditekan dengan penggunaan masker.
Salah satu bukti berasal dari eksperimen menggunakan video berkecepatan tinggi, yang menunjukkan bahwa ratusan droplet atau percikan berukuran 20 hingga 500 mikrometer, bisa keluar ketika seseorang mengucapkan kata-kata sederhana. Namun, itu semua bisa dihentikan ketika mulut tertutup handuk basah.
Selain itu, studi terhadap penderita flu biasa atau influenza menemukan bahwa menggunakan masker bedah secara signifikan mengurangi virus pernapasan yang terkandung dari percikan atau aerosol.
Namun, Rutherford mengatakan bahwa bukti terkuat datang dari penelitian pada skenario dunia nyata. "Yang paling terpenting adalah data epidemiologis," katanya.
Advertisement
Bukti Masker Menekan Penularan
Dalam sebuah studi yang dimuat di Health Affairs menunjukkan, adanya perlambatan tingkat penularan COVID-19 sesudah diterapkannya aturan penggunaan masker di 15 negara bagian dan Distrik Columbia, AS.
Studi lain juga mengungkapkan bahwa di 198 negara yang penduduknya sudah terbiasa menggunakan masker atau memiliki kebijakan pengenaan masker, memiliki tingkat kematian yang lebih rendah.
Dalam kasus yang lebih kecil, seorang pria yang terbang dari China ke Toronto dan diuji positif COVID-19, namun ia menggunakan masker selama penerbangan meski mengalami batuk kering. Hasilnya, 25 orang terdekatnya negatif COVID-19.
"Saya pikir ada cukup bukti untuk mengatakan bahwa manfaat terbaik (dari memakai masker) adalah untuk orang yang memiliki COVID-19 untuk melindungi orang lain dari penularan COVID-19. Namun Anda masih akan mendapatkan manfaat dari mengenakan masker sekalipun tidak memiliki COVID-19," kata Chin-Hong.
Tetap Cuci Tangan dan Jaga Jarak
Rutherford mengatakan, walau semua orang diharapkan menggunakan masker, namun 80 persen pengenaan benda itu sudah cukup untuk mencegah transmisi virusnya.
Dalam sebuah simulasi, diperkirakan 80 persen dari populasi yang mengenakan masker lebih baik untuk mengurangi COVID-19 dibandingkan karantina wilayah secara ketat.
Walau begitu Rutherford mengatakan, virus masih bisa menular melalui selaput di mata. Risiko ini tidak bisa dihilangkan dengan pengenaan masker.
Maka dari itu, Chin-Hong mengatakan bahwa tetap penting melakukan pencegahan COVID-19 lainnya yaitu dengan 3W atau jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi 3M atau wearing a mask (memakai masker), washing your hands (mencuci tangan), dan watching your distance (menjaga jarak).
"Dari ketiganya, yang terpenting mengenakan masker," ujarnya. Ia mengatakan, hal itu lebih penting dibandingkan membersihkan ponsel atau bahan makanan. Hal ini karena lebih banyak bukti bahwa sumber penularan adalah melalui percikan yang terhirup.
"Anda harus selalu memakai masker dan menjaga jarak," kata Rutherford.
Advertisement