Liputan6.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan, lebih dari setengah fasilitas kesehatan di Beirut, Lebanon, tidak berfungsi usai ledakan yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Kami sekarang tahu bahwa lebih dari 50 persen tidak berfungsi," kata Richard Brennan, yang merupakan Regional Emergency Director WHO di Kairo, Mesir, dikutip dari Channel News Asia pada Kamis (13/8/2020).
Baca Juga
Brennan mengatakan, angka tersebut mereka dapatkan berdasarkan penilaian terhadap 55 klinik dan layanan kesehatan di ibu kota Lebanon tersebut. Ia menyebut, tiga rumah sakit besar tidak berfungsi dan tiga lainnya terpaksa beroperasi namun dengan kapasitas di bawah normal.
Advertisement
Dalam konferensi pers yang berbeda, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa mereka memberikan dukungan terhadap masyarakat, petugas kesehatan, dan pekerja darurat di Beirut.
"Pikiran kami bersama Anda dan kami akan terus mendukung Anda," ujarnya pada Senin lalu, dikutip dari laman resmi WHO.
Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini
WHO Kirim Bantuan
Tedros mengatakan, WHO telah mengeluarkan dana darurat untuk membantu pemulihan akibat kejadian tersebut. Selain itu, staf mereka di lapangan juga telah menilai dampak di sektor kesehatan Lebanon bersama mitra Persatuan Bangsa-Bangsa lainnya.
Selain itu, Tedros menyebut WHO telah mengirim Alat Pelindung Diri senilai 1,7 juta dolar dalam rangka penanganan pandemi COVID-19 serta untuk membantu memenuhi pasokan yang hancur akibat ledakan tersebut.
"Kami juga bekerja sama dengan otoritas kesehatan nasional untuk meningkatkan perawatan trauma, termasuk melalui penempatan dan koordinasi tim medis darurat yang memenuhi syarat," ujarnya.
"Kami juga mengurangi dampak COVID-19, menangani kebutuhan psikososial dan memfasilitas pemulihan dengan cepat untuk fasilitas kesehatan yang rusak."
Sebelumnya pada 4 Agustus lalu, sebuah ledakan terjadi dari sebuah gudang di pelabuhan. Kejadian itu diakibatkan oleh lebih dari dua ribu ton amonium nitrat.
Setidaknya 171 orang dinyatakan meninggal dunia, enam ribu orang terluka, dan sekitar 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Kondisi ini juga memperparah situasi politik dan ekonomi yang sebelumnya juga telah mengalami masalah selama berbulan-bulan.
Advertisement