Sukses

Libur Panjang Akhir Pekan, Risiko Jumlah Klaster Keluarga Terpapar COVID-19 Meningkat?

Libur panjang akhir pekan ini, apakah berpotensi terjadi peningkatan klaster keluarga yang terpapar COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Kabar klaster keluarga  terpapar COVID-19 santer tersebar di kalangan masyarakat. Lantas pada momen libur panjang akhir pekan seperti sekarang ini apakah meningkatkan risiko banyaknya klaster keluarga?

Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, klaster keluarga saat libur panjang tidak akan terjadi bila setiap anggota keluarga mematuhi protokol kesehatan.

"Kami melihat memang banyak warga yang memanfaatkan liburan bersama keluarga, apalagi mengingat minggu ini adalah long weekend," ujar Wiku saat konferensi pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (20/8/2020) ditulis Jumat (20/8/2020).

"Potensi klaster keluarga atau keluarga yang mengikuti kegiatan long weekend ini tidak akan tidak apabila penyelenggara wisata, hotel, dan tempat wisata lainnya, termasuk orang-orang yang bepergian wisata betul-betul menerapkan protokol kesehatan."

Ia mengimbau, masyarakat tetap menjaga jaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan pakai sabun. Agar tidak terjadi penularan COVID-19 di dalam anggota keluarga juga.

"Ini adalah suatu ujian buat kita semuanya. Semoga dengan menjaga dan mematuhi protokol kesehatan, dalam  beberapa hari kedepan betul-betul tidak terjadi loncatan kasus dan tidak terjadi penularan COVID-19," imbuh Wiku.

"Mohon betul-betul disiplin diterapkan, baik penyelenggara fasilitas wisata maupun aparat yang ada di setiap daerah wisata."

Simak Video Menari Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Klaster Keluarga Bekasi

Kemunculan klaster keluarga mengalami peningkatan di sejumlah daerah. Di Bekasi, ada 155 kasus keluarga dengan jumlah mencapai 437 jiwa yang terpapar COVID-19.

Kabar tersebut disampaikan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Data diambil hingga 16 Agustus 2020. Jumlah ini disebut sebagai klaster keluarga tertinggi di Kota Patriot itu.

"Klaster keluarga yang ada ini meningkat, pertambahan kasusnya ada 155 keluarga, jumlahnya ada 437 orang," kata Pepen, sapaan akrabnya, kepada awak media, Rabu (20/8/2020).

Peningkatan klaster keluarga berdampak terhadap 10 kecamatan dan 32 kelurahan di seluruh Kota Bekasi. Hal ini diakibatkan transisi keluarga yang cukup tinggi, di antaranya saling mengunjungi satu sama lain.

"Jadi, seolah-olah pada saat tatanan baru (Adaptasi Kebiasaan Baru) menganggap tidak ada lagi virus Corona, padahal masih ada," ujar Pepen.

Adanya peningkatan klaster keluarga, menjadikan rasio positif COVID-19 (positivity rate) di Kota Bekasi berada di angka 7,7 persen.

3 dari 3 halaman

Klaster Keluarga Bogor

Selain Bekasi, kemunculan klaster keluarga yang terpapar COVID-19 juga terjadi di Kota Bogor. Pada 17 Agustus 2020, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Bogor Dedie A Rachim menyebut, terjadi penambahan kasus baru terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 13 orang dari klaster keluarga.

"Kami mendapatkan laporan dari Dinkes Kota Bogor, ada tambahan 13 orang positif COVID-19 dari klaster yang sama (keluarga)," kata Dedie, Senin (17/8/2020).

Belasan orang yang terpapar COVID-19 berasal dari klaster keluarga di Semplak, Kecamatan Bogor Barat.

"Kami tentunya menyampaikan rasa keprihatinan. Dalam kondisi Kota Bogor masih berada di zona oranye atau dalam risiko sedang, masyarakat harus betul-betul mematuhi protokol kesehatan," jelas Dedie.

Asal-usul penularan di rumah tangga berasal dari imported case (dari luar) dan klaster perkantoran. Dalam hal ini, individu menularkan virus Corona kepada anggota keluarganya di rumah.