Liputan6.com, Jakarta Dokter yang juga penyintas COVID-19, Twindy Rarasati menceritakan pengalamannya saat terinfeksi COVID-19. Dia membuat catatan gejala yang dirasakan sebagai salah satu cara untuk mendeteksi keparahan COVID-19. Bila dirasa parah segera berkonsultasi ke dokter.
"Bikin catatan gejala yang kita rasakan. Misalnya demam, diberi obat penurun demam, sakit kepala, agar jadi lebih aware, sesak napas memberat (segera konsultasi ke dokter)," kata Twindy dalam webinar "Jantung Sehat & COVID-19: The Dos and Don'ts" beberapa waktu lalu seperti dikutip Antara.
Baca Juga
Twindy mengatakan, tak semua pasien COVID-19 mengalami gejala demam atau sesak napas. Dia mengalami aliran napasnya bermasalah dibarengi kehilangan kemampuan membau dan mengecap makanan atau minuman.
Advertisement
"Yang saya rasakan sesak napas, seperti rasanya hanya tidak lega saja. Saya kehilangan kemampuan indra penciuman dan pengecapan. Enggak ada aroma dan rasa yang bisa saya rasakan. Makanan asin, manis enggak terasa. Tidak ada batuk pilek," kata dia.
Â
Dirawat di RS
Twindy sempat menjalani rapid test untuk memeriksa antibodinya dan hasilnya reaktif. Dia lalu mengulangi tes serupa tujuh hari kemudian dan hasilnya sama.
Tak hanya itu, Twindy juga melakukan tes PCR dan hasilnya positif. Dia lalu dirawat di rumah sakit karena saat itu kriteria pulang pasien masih menganut negatif dua kali.
Usai mendapatkan perawatan di rumah sakit, dia menjalani isolasi diri di rumah dan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak serta mengenakan masker.
Twindy mengatakan orang tanpa gejala bisa isolasi mandiri di rumah asal memenuhi persyaratan tertentu.
"Asalkan ada protokol kesehatan misalnya. Isolasi mandiri di ruangan di ventilasi yang baik, tidak kontak dengan orang lain. Fasilitas (di rumah) harus memadai," demikian kata Twindy.
Advertisement