Liputan6.com, Jakarta Setiap kelamin pria maupun wanita itu unik. Tapi, kini ada tren baru yakni 'menjodohkan' kelamin untuk meningkatkan kenikmatan seksual. Hanya saja, para ahli mengkritik teknik perjodohan kelamin ini karena berbahaya.
Maksud menjodohkan kelamin di sini agar penis dan vagina bisa cocok sempurna baik dari ukuran maupun bentuknya dengan memodifikasinya. Dengan kelamin yang cocok bisa menyebabkan banyak gesekan saat berhubungan seks. Dan pada akhirnya meningkatkan kenikmatan seks dan orgasme yang lebih baik.
Baca Juga
Cara kerja perjodohan kelamin ini bisa dengan bedah maupun nonbedah. "Untuk pria dan orang dengan penis (Mr P), kelamin mereka dapat diperbesar baik menggunakan filler atau lemak tubuh mereka sendiri," jelas ahli bedah kosmetik Dr Lucy Glancey, pendiri Dr Glancey Clinics, dilansir dari Cosmopolitan.
Advertisement
Sedangkan pada wanita dan orang dengan vagina (Miss V), melalui cara non-bedah vagina bisa dirapatkan kembali (menggunakan frekuensi radio). Apabila menggunakan pilihan non-bedah, Dr Glancey mengatakan biasanya akan menjalani prosedur "pengencangan" terlebih dahulu. Apabila ukurannya masih belum cukup, pasangan mereka akan melakukan pembesaran penis untuk "melengkapi" prosedur.
"Tujuannya memperbaiki vagina yang sudah mengendur, meningkatkan kenikmatan seks dan `lebih cocok` dengan penis pasangannya, " kata Dr Glancey menambahkan.
Untuk modifikasi kelamin wanita dengan bedah, kata Dr Glancey, dengan labiaplasty. Vagina akan disesuaikan dengan berbagai ukuran penis plastik dan dipilih yang paling mirip dengan pasangannya sebelum operasi.
Â
Kritikan Perjodohan Kelamin
Perjodohan kelamin ini mendapat kritik dari para ahli, terutama karena komponen kenikmatan seksual jauh lebih kompleks daripada sekadar ukuran dan bentuk alat kelamin.
"Gagasan tentang 'kesesuaian yang sempurna' dapat menciptakan standar yang tidak ada habisnya dan tidak realistis," kata psikoseksual dan terapis hubungan, Aoife Drury.
Aoife menunjukkan ada banyak cara untuk meningkatkan gesekan tanpa operasi. Ia menyarankan pasangan menggunakan pelumas, kondom bergaris, atau cock ring jika ingin meningkatkan gesekan.
Sementara itu, psikoterapis dan psikoterapis hubungan Silva Neves menjelaskan, perjodohan kelamin tidak akan membuat seks menjadi lebih baik.
"Seks yang baik, pertama terjadi di otak, bukan di alat kelamin. Anda harus terlibat penuh dengan pikiran dan tubuh Anda, dan ini tentang saling menyentuh yang menyenangkan yang tidak selalu berfokus pada alat kelamin atau penetrasi," kata Neves.
Menurut Neves, kalau orang terlalu mengkhawatirkan alat kelamin atau tindakan penetrasi, mereka cenderung tidak menemukan seks yang memuaskan.
"Bagian terbesar dari seks yang baik adalah menemukan cara yang kreatif dan menyenangkan untuk mengetahui gairah pasangan Anda dan menemukan lebih banyak hal tentang diri erotis Anda sendiri," tambahnya.
Dalam hal citra tubuh, perjodohan kelamin menurut Neves mengirimkan pesan psikologis yang merusak tentang kesempurnaan tubuh. Padahal, kunci kesejahteraan seksual dan emosional adalah belajar menerima diri kita apa adanya.
"Termasuk menerima tubuh kita, dan menikmati tubuh kita secara seksual sebagaimana adanya," kata Neves.
Advertisement