Sukses

Perokok Biasanya Lebih Lama Pulih dari COVID-19

Dokter spesialis paru menyampaikan bahwa perokok lebih lama pulih dari COVID-19

Liputan6.com, Jakarta - Perokok memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi terinfeksi COVID-19. Selain itu, studi yang masih dijalankan juga menunjukkan selain jatuh dalam kondisi yang berat, biasanya perokok lebih lama pulih dari COVID-19 seperti disampaikan dokter spesialis paru konsultan Feni Fitriani.

"Kami masih melakukan penelitian, angka tidak bisa kami sebutkan. Bahwa memang yang jatuh dalam kondisi berat yang merokok dan biasanya yang cepat pulih itu yang tidak memiliki kebiasaan merokok," kata Feni dalam talkshow di YouTube BNPB pada Jumat (28/8/2020).

"Itu fenomena yang kami temukan," lanjut Feni.

Menurut Feni hal tersebut memang wajar terjadi. Saluran napas pada orang yang tidak merokok tentu lebih bersih dan sehat dibandingkan perokok. Kondisi organ paru yang sehat lebih mampu bertahan dibandingkan milik perokok yang sudah alami peradangan dan infeksi.

"Saluran napas yang selama ini bersih dibandingkan yang sudah terkena radang, sudah bagian banyak yang rusak. Begitu kena virus dengan serangan hebat tentu yang lebih mampu bertahan pada orang dengan organ (paru) yang sehat," tutur dokter yang praktik d RSUP Persahabatan ini.

Efek jangka pendek dari merokok diantaranya adalah saluran napas iritasi, sel-sel imunitas di saluran napas turun.

"Hal ini memudahkan terjadi iritiasi, mudah masuk kuman dan terinfeksi," kata Feni.

Simak Juga Video Menarik Berikut

2 dari 2 halaman

Kenapa Perokok Lebih Berisiko Kena COVID-19?

Salah satu penyebab perokok lebih berisiko terkena COVID-19 salah satunya kehadiran reseptor angiotensin-coverting-2 (ACE2) yang jumlahnya lebih banyak dibanding bukan perokok.

Reseptor ini normal ada di tubuh manusia, kata Feni, tapi pada perokok jumlahnya lebih banyak. 

"Reseptor inilah salah satu tempat menempelnya virus COVID-19. Jadi orang yang merokok dia punya reseptor tempat menyediakan tempat untuk virus COVID-19," kata Feni.

Faktor lain yang membuat risiko perokok lebih tinggi terkena COVID-19 adalah asap rokok. Kehadiran asap sistem imunitas atau kekebalan tubuh terutama pada saluran napas seperti disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto beberapa waktu lalu dari BNPB.

 Lalu, perokok cenderung memiliki penyakit komorbid. Penyakit seperti jantung, diabetes, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit komorbid yang banyak diderita perokok.

"Hampir penyakit komorbid itu ditemukan pada perokok," katanya.

Alasan selanjutnya, perokok berulang kali mengisap batang rokok ke mulutunya, sehingga transmisi dari tangan yang belum tentu bersih besar sekali.

"Transmisi meningkat, terhirup lewat tangan (yang terinfeksi)," katanya.