Liputan6.com, Jakarta Sebagai salah satu dari berbagai masalah kesehatan mental, kondisi gangguan kepribadian ambang (GKA) sudah sepatutnya mendapatkan perhatian.
Gangguan kepribadian ambang merupakan salah satu bentuk kepribadian yang ditandai dengan tidak stabilnya hubungan sosial (khususnya hubungan interpersonal), citra diri, adanya ketidakmampuan mengendalikan emosi, seringkali bersikap impulsif, dan kerap berperilaku merusak diri sendiri.
Baca Juga
Dokter spesialis kejiwaan Sylvia Detri Elvira dalam sebuah seminar virtual pada Minggu kemarin mengatakan, ciri-cirinya seringkali membuat tenaga kesehatan menjadi lebih sulit untuk membedakannya dengan masalah kesehatan mental lain seperti bipolar.
Advertisement
"Ciri-cirinya yaitu yang seringkali membuat kita salah diagnosis dengan bipolar adalah disregulasi mood-nya yang ditandai juga dengan impulsifitas, tiba-tiba ngambek, tiba-tiba gak mau ngomong," kata Detri, ditulis Senin (31/8/2020).
"Lalu ada perilaku merusak diri termasuk suicidal. Jadi kalau merasa dirinya tidak berarti, tidak eksis, dia akan 'lebih baik aku tidak ada.'"
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Kesulitan Beradaptasi
Detri mengungkapkan, beberapa gejala lain yang bisa dialami oleh orang dengan GKA seperti kemarahan yang tidak wajar, suasana hati labil, hingga seringkali disertai juga dengan kecemasan dan munculnya ide-ide paranoid ketika harus menghadapi stres.
"Jadi memang pada kepribadian ambang ini kadang-kadang ada sedikit slide sebentar untuk dia menjadi psikotik. Karena organisasi kepribadiannya yang memang rapuh dan dalam tataran borderline atau ambang."
Detri yang merupakan staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM itu juga menyebut, orang dengan GKA banyak yang kesulitan beradaptasi dengan kehidupan sekitarnya.
"Namun biasanya baru kelihatan dan dirasakan oleh keluarga dan teman-teman saat remaja. Walaupun sebetulnya sudah ada sejak kecil, sejak balita, SD, cuma tidak terlalu kentara karena belum banyak masalah dan belum ada problem identitas diri."
"Lebih nyata lagi saat mereka dewasa, saat bekerja mereka sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, sering pindah bekerja, dan dalam rumah tangga biasanya juga mengalami kesulitan dengan pasangan."
Advertisement
Segera Mendapatkan Bantuan Medis
Selain itu, sekitar 70 persen orang dengan GKA melakukan perilaku yang merusak diri sendiri dan sebanyak 8 hingga 10 persen meninggal akibat bunuh diri.
kondisi orang dengan GKA kerap tidak disadari oleh mereka yang mengalaminya atau orang di sekitarnya. Orang dengan masalah ini akan mengalami keadaan yang tidak nyaman karena emosinya yang tidak stabil, mudah berganti dalam hitungan menit, jam, atau hari.
Padahal, mereka membutuhkan bantuan sesegera mungkin untuk mencegah mereka melakukan tindakan menyakit diri sendiri yang dilakukan untuk mengatasi perasaan hampa yang dialaminya.
Keadaan ini juga membuat orang dengan GKA kerap mengunjungi perawatan di rumah sakit.
"Dengan mempelajari tanda dan gejala GKA, diharapkan dapat mengantispasi seandainya ia atau teman atau kerabatnya mengalami kondisi tersebut, agar dapat secara lebih dini mencari pertolongan medis, dengan demikian fungsinya dalam kehidupan sehari-hari dapat pulih kembali," kata Detri.