Liputan6.com, Jakarta Kondisi pandemi COVID-19 secara keseluruhan tak hanya berisiko menimbulkan masalah kesehatan mental namun juga memperburuk kondisi kejiwaan yang sudah ada seperti gangguan kepribadian ambang.
Gangguan kepribadian ambang (GKA) merupakan salah satu bentuk kepribadian yang ditandai dengan tidak stabilnya hubungan sosial (khususnya hubungan interpersonal), citra diri, adanya ketidakmampuan mengendalikan emosi, seringkali bersikap impulsif, dan kerap berperilaku merusak diri sendiri.
Baca Juga
Namun, menurut dokter spesialis kejiwaan Sylvia Detri Elvira, di masa pandemi ada banyak situasi dan kondisi yang tidak nyaman dak tidak sesuai dengan harapan seseorang. Hal ini juga berdampak pada pasien GKA.
Advertisement
"Bisa timbul pikiran dan perasaan yang negatif, emosinya juga jadi negatif, sering kaget, takut, cemas, curiga, kecewa, keinginan-keinginannya juga banyak tidak terpenuhi karena tidak boleh kemana-mana," kata Detri dalam sebuah seminar daring beberapa waktu lalu, ditulis Jumat (4/9/2020).
Lebih Sulit Beradaptasi
Detri menambahkan, perasaan-perasaan semacam ini pun rentan mempengaruhi perilaku pasien dan membuatnya lebih sulit beradaptasi dengan lingkungannya.
"Tidak nyaman lho di rumah itu, bete. Ketemunya cuma bapak, ibu, kakak, adik," ujarnya. Situasi ini juga berisiko memunculkan perasaan diacuhkan pada pasien.
"Jadi perasaan hampa ini dominan dan seringkali dikeluhkan, 'kok perasaan saya kosong ya, tidak bisa gembira, tidak bisa sedih,' akhirnya tambah stres, capek hidup," ujarnya. Kondisi inilah yang kerap memunculkan keinginan untuk mengakhiri hidup.
Â
Advertisement
Pentingnya Mengenali Gejala GKA
Secara umum sendiri, seseorang kerap tidak menyadari kondisi gangguan kepribadian ambang yang dialaminya.
Detri menjelaskan, orang dengan GKA umumnya akan mengalami keadaan yang sangat tidak nyaman karena emosinya yang tidak stabil, serta mudah berganti dalam hitungan menit, jam, atau hari.
Maka dari itu, penting bagi pasien maupun orang di sekitarnya untuk lebih menyadari kondisi GKA yang seringkali tidak disadari.
Detri mengatakan, pasien membutuhkan bantuan sesegera mungkin untuk mencegah mereka melakukan tindakan menyakit diri sendiri yang dilakukan untuk mengatasi perasaan hampa yang dialaminya.
"Dengan mempelajari tanda dan gejala GKA, diharapkan dapat mengantisipasi seandainya ia atau teman atau kerabatnya mengalami kondisi tersebut, agar dapat secara lebih dini mencari pertolongan medis, dengan demikian fungsinya dalam kehidupan sehari-hari dapat pulih kembali,"