Sukses

Penanganan COVID-19, Kemenkes: Kekurangan Banyak tapi Bukan Berarti Tidak Mampu

COVID-19 sebagai wabah baru membuat berbagai negara kesulitan dalam menanganinya. Tantangan penanganan COVID-19 juga dirasakan pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta COVID-19 sebagai wabah baru membuat berbagai negara kesulitan dalam menanganinya. Tantangan penanganan COVID-19 juga dirasakan pemerintah dan masyarakat Indonesia.

Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Achmad Yurianto salah satu tantangan yang dihadapi adalah belum maksimalnya pelaksanaan penyelidikan epidemiologi kasus dan contact tracing.

“Kita mengakui bahwa tracing belum maksimal tapi ini sebenarnya culture kita secara nasional. Ini lah yang kemudian harus kita ingatkan bahwa dengan adanya COVID-19 ini adalah kesempatan yang baik untuk mengevaluasi sistem kesehatan nasional yang kita miliki selama ini,” ujar Yuri dalam webinar beberapa Kamis (3/9/2020).

Ia menambahkan, dengan diuji oleh pandemi tentu banyak ruang untuk memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia.

Selain tracing, kapasitas laboratorium dan rumah sakit masih belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa daerah mampu membeli mesin PCR namun belum mampu menciptakan sumber daya manusianya (SDM) sehingga belum berjalan dengan maksimal.

Kapasitas rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 juga belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Baik dari segi SDM, sarana prasarana, maupun logistik penunjang tatalaksana pasien COVID-19.

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kesadaran Masyarakat dan Ketersediaan Vaksin

Dari sisi masyarakat, timbulnya ketakutan, penolakan, dan stigma turut menghalangi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini ke fasilitas layanan kesehatan bila bergejala. Kesadaran masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan yang rendah pun turut menjadi tantangan tersendiri.

Terakhir, vaksin COVID-19 yang ditunggu belum bisa digunakan karena masih dalam tahap pengembangan.  

“Kekurangan jelas banyak, tapi bukan berarti tidak mampu, ini bisa diperbaiki. Ini membutuhkan kerja kita bersama, ini sudah urusan semua orang. Tidak ada lagi yang menjadi pengamat, semuanya terlibat karena semuanya menjadi korban atau berpotensi menjadi korban.”