Liputan6.com, Jenewa - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa mereka tidak akan memberikan rekomendasi vaksin COVID-19Â apa pun sebelum benar-benar teruji keampuhan dan keamanannya.
Pernyataan ini disampaikan Tedros terkait beberapa negara, seperti Rusia dan Tiongkok, yang telah mulai menggunakan kandidat vaksin COVID-19Â yang masih dalam pengujian sebelum uji klinis secara keseluruhan selesai.
"Saya ingin meyakinkan publik bahwa WHO tidak akan mendukung vaksin yang tidak efektif dan tidak aman," kata Tedros pada Jumat pekan lalu, dikutip dari AP News pada Senin (7/9/2020).
Advertisement
Baca Juga
Namun, Tedros meyakinkan masyarakat bahwa vaksin telah berhasil digunakan selama beberapa dekade untuk memberantas penyakit, seperti misalnya cacar dan polio.
Dia bahkan menyebut, vaksin Ebola yang baru-baru ini dikembangkan juga membantu mengakhiri wabah Ebola di Kongo dan menghentikan virus tersebut.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Tak Ekspektasi Vaksinasi Massal hingga Pertengahan 2021
Tedros juga meminta agar mereka yang anti terhadap vaksin melakukan penelitian mereka sendiri.
"Mereka bisa membangun narasi untuk melawan vaksin, tetapi rekam jejak vaksin menceritakan kisahnya sendiri dan masyarakat tidak perlu kebingungan," ujar mantan Menteri Kesehatan Ethiopia itu.
"Mereka dapat melihat sendiri bagaimana dunia sebenarnya menggunakan vaksin untuk mengurangi kematian balita demi menyelamatkan anak-anak," tambahnya.
Selain itu, WHO juga tidak berekspektasi bahwa vaksinasi secara luas akan tersedia hingga 2021, meski beberapa negara menyatakan akan merilis vaksin COVID-19 dalam waktu dekat.
WHO menyatakan bahwa mereka menyambut baik beberapa kandidat vaksin yang telah memasuki uji coba tahap akhir yang melibatkan puluhan ribu orang.
"Kami mengetahui setidaknya enam hingga sembilan yang telah menempuh perjalanan cukup jauh dari penelitian," kata Margaret Harris, Juru Bicara WHO di Jenewa, dikutip dari South China Morning Post.
Namun, Harris menekan bahwa "dalam kerangka waktu yang realistis, kami benar-benar tidak berekspektasi untuk melihat vaksinasi secara luas hingga pertengahan tahun depan."
Advertisement